SUKOHARJO (Panjimas.com) – Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi, Sekjen Jurnalis Islam Bersatu (JITU) memberikan materi pentingnya peran Jurnalis dalam perjuangan Islam. Dia menegaskan perang saat ini masuk era pemikiran lewat media elektronik dan media sosial.
Ratusan Jamaah Masjid Al Muhtadin, Ngruki, Grogol, Sukoharjo mendapatkan pencerahan baru dunia jurnalistik. Wartawan Anadolu Agency, kantor berita resmi Turki ini, mengisahkan pengalaman jurnalistiknya di berbagai daerah konflik yang mana umat Islam selalu menjadi korban.
“Siapa yang menulis kejadian itu semua? Kalau bukan kita siapa lagi?,” katanya, Sabtu (28/10/2017).
Pizaro mengatakan menulis bisa menjadi dakwah dan juga amar ma’ruf nahi munkar. Kata dia mencontohka pernah Indonesia akan menggelar konser Lady Gaga tapi batal sebab perang media, dan media Islam berperan besar dalam menggagalkannya. Ihwal halal haram melihat konser tersebut membuat panitia memutuskan menghentikan acara.
“Menulis itu bisa menjadi ladang dakwah. Ini buktinya saya pernah nulis April Mop: Hari Dimana Umat Islam Dibantai. Itu 137 ribu orang yang membacanya,” ujarnya.
Begitupula dengan aksi 212, saat media maenstrime memboikot, media Islam mampu berperan dan akhirnya Ahok bisa dipenjara.
Meski demikian saat ini sangat diperlukan dalam pengembangan media Islam. Alangkah bijaknya jika para pengusaha muslim, ulama dan jurnalis muslim bisa bergandengan tangan sehingga media Islam bisa tumbuh besar. Sehingga mampu menandingi opini negatif yang selama ini selalu disematkan pada umat Islam.
Selain di Masjid Muhtadin Cemani Grogol, ke esokan harinya Ahad, (29/10) pagi Muhammad Pizzaro juga diminta mengisi di Madjid Baiturahman Wonorejo Polokarto Sukoharjo dengan tema yang sama. [SY]