SUKOHARJO (Panjimas.com) – Aktifis One Care, Ustad Suharno mengisahkan kondisi parah yang terjadi pasca pembantaian tentara militer Myanmar kepada muslim Rohingya di Rakhine State, saat di Masjid Al Muhtadin, Ngruki, Grogol, Sukoharjo.
9 Juli 2017 ada pembantaian sekitar 3 ribu muslim Rohingya. Tetapi pemerintah Myanmar meminta media mengangkat segelintir biksu dibantai teroris. Ustadz Harno mengatakan bahwa hal itu hanya upaya framing media.
“Informasi di media sosial itu, kata Aung San Syu Kii agar dua komunitas itu yakni Islam dan Budha tidak damai. Dia itu menyebut mereka itu teroris. Itu media yang disampaikan Aung San Syu Kii,” kata Ustadz Suharno, Sabtu (28/10/2017).
Dia mengaku sedih saat menginjakkan kakinya di Rakhine dan melihat langsung kondisi tersebut. Menurutnya Budha di sana didoktrin bahwa mereka berhak membantai, membunuh, semua muslim di Rakhine State.
“Apa itu disebut keadilan, disana itu alat untuk bertanam itu tidak ada. Saya waktu Qurban kemarin itu bingung, pisau ndak ada, sabit nggak mempan harus berkali-kali untuk menembus kulit sapi,” ucapnya.
Ustadz Harno menjelaskan kondisi pengungsi Rohingya semakin parah ketika harus mencari air bersih untuk minum.
“Itulah kondisi disana, air ada tetapi alat untuk membuat sumur juga nggak ada. Memang mereka sangat dibatasi. Seakan pemerintah Myanmar ingin mereka itu mati perlahan-lahan,” paparnya. [SY]