DEPOK, (Panjimas.com) – Ada suatu pemandangan yang menarik pada hari Rabu (27/10) pagi. Dimana ada seorang Menteri berasal dari Muhammadiyah (Mendikbud) yang memimpin sebuah Tahlil, (tradisi yang biasa dilakukan di kalangan warga NU) di makam KH.Hasyim Muzadi.
Seperti yang diceritakan oleh KH. Cholil Nafis kepada Panjimas pada Jumat (27/10). Saat itu dirinya kebagian untuk mengisi Seminar Ulama Pesantren dan Cendekiawan Bela Negara dengan tema bahasan tentang “Ahlussunnah wa-Jama’ah dan Bela Negara” di Pesantren Al-Hikam, Depok.
“Seusai saya menyampaikan materi, berikutnya adalah pemaparan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Muhadjir Effendy. Pak Menteri saat itu memaparkan dan berdialog dengan peserta tentang pendidikan dan bahkan menyinggung soal sistem pendidikan full day yang sempat rame itu,” kata KH Cholil
Tapi dalam acara itu ada yang lebih menarik yaitu setelah acara selesai. Menteri Muhadjir berjalan sendiri menuju maqam Alm. KH. Ahmad Hasyim Muzadi. Kemudian KH.Cholil Nafis pun mengikuti pak Menteri berjalan sampai di maqam. Pak Menteri membaca fatihah yang agak sedikit keras, yang di ikuti oleh Ketua Divisi Dakwah MUI itu.
“Lebih lanjut saya pun mengikuti bacaan Pak Muhajir. Pak Menteri lanjut tahlilan, saya sengaja mengikuti lebih keras agar jama’ah di belakang mengikuti bacaannya. Saya pun mengikuti alur tahlil yang biasa dibaca warga Nahdliyin yg dipimpin oleh Pak Muhadjir yang notebene beliau orang Muhammadiyah. Ternyata beliau hafal dan lancar membaca tahlil,” ujar KH.Cholil
Seusai Muhadjir Effendy memimpin tahlil, pak Menteri menyolek KH. Cholil untuk memimpin doa. Kemudian dipimpinlah berdoa, dan Pak Menteri dan jama’ah mengamininya. Bacaan doa berjemaah itupun dibacanya dengan keras.
“Ternyata kalau dirunut-runut silsilah nasab Pak Muhadjir itu keluarga santri dan anaknya pun sekolah di sekolah Sabilillah yang didirikan oleh tokoh NU asal Malang, KH Tholhah Hasan,” katanya.
NU dan Muhammadiyah banyak persamaannya meskipun ada perbedaannya. Untuk membangun persatuan antar internal umat beragama, mari kita berprinsip: Yang sama jangan dibeda-bedakan dan yang beda mari kita cari persamaannya demi persatuan umat. [ES]