WINA, (Panjimas.com) – Muslim Austria merasa khawatir namun tidak takut dengan bangkitnya sentimen sayap kanan di Austria setelah 2 partai politik sayap kanan, partai konservatif FPO dan OVP, berhasil memanfaatkan retorika anti-Muslim agar mendulang suara besar sebagai dalam pertarungan politik baru-baru ini.
Nampaknya perlu diantisipasi apabila kedua partai konservatif anti-Islam tersebut akan membentuk koalisi pemerintahan berikutnya di Austria.
Omar Al-Rawi, anggota Dewan Kota Wina, mengatakan meskipun hal tidak baik terjadi saat 60 persen pemilih Austria memberi cap persetujuan mereka untuk partai sayap kanan, ini bukanlah akhir, karena Austria cukup kuat untuk mengatasi gangguan semacam itu.
Omar Al-Rawi adalah kandidat Partai SPO yang merupakan partai beraliran sayap kiri.
SPO menempati tempat kedua setelah OVP, mengutip laporan World Religion News.
Muslim Austria tinggal di beberapa bagian kota dan jarang ditemukan tersebar di seluruh kota metropolitan.
Salah satu daerah yang didominasi Muslim di kota ini adalah ‘Favoriten’.
Gelombang pertama Umat Islam yang bermigrasi ke Austria, menetap di bagian kota Favoriten.
Masjid Attaysir di Favoriten, memiliki jamaah Muslim dari Chechnya dan juga Warga yang berasal dari kawasan Timur Tengah.
Maka, tidak mengherankan, Umat Islam sadar akan antipati terhadap mereka. Beberapa dari mereka bahkan mengerti penyebabnya. Mereka juga baik-baik saja dengan hal itu, dan mengakui bahwa Austria, bagaimanapun juga, adalah negara Kristen.
Sekitar 700.000 Muslim dengan latar belakang dan etnis yang berbeda tinggal di Austria. Austria merupakan Negara Eropa yang berbeda, tidak seperti rekan-rekannya di kawasan ini, yang dikaitkan dengan Islam untuk waktu yang jauh lebih lama.
Kekaisaran Austro-Hungaria memberi pengakuan formal terhadap Islam pada awal abad ke-20. Komunitas Muslim menjadi bagian masyarakat Austria dari tahun 1960an ketika para pekerja Muslim mulai berimigrasi ke Austria dari sejumlah negara Eropa dan Asia.
Warga Austria tidak memiliki masalah dengan umat Islam saat itu. Masalah dimulai hanya dari tahun 1990 ketika politisi menemukan bahwa masalah Muslim ‘adalah cara yang bagus namun jahat dan licik untuk menarik sentimen pemilih.
Umat Muslim Austria menyatakan keprihatinannya tentang bagaimana krisis pengungsi ataupun isu terorisme bercampur baru dengan Muslim, yang tidak ada hubungannya dengan salah satu dari mereka.
Para pemimpin Muslim Austria mengatakan bahwa alih-alih menodai citra terhadap para pemeluk Islam, upaya-upaya harus dilakukan oleh warga Muslim untuk memecahkan masalah tersebut.[IZ]