TANGERANG, (Panjimas.com) – Aksi Super Damai 212 tidak boleh terhenti pada kemenangan-kemenangan jangka pendek. Spirit Aksi 212 harus bisa mendorong umat Islam untuk berjuang demi tegaknya syariat Islam secara kaaffah.
“Menang di Pilkada DKI Jakarta, Ahok dipenjara, itu keberhasilan kecil. Sementara keberhasilan besarnya belum,” ungkap narasumber tetap kajian subuh Masjid Al-Ukhuwah, Karawaci, Tangerang, Ustaz Haris Amir Falah dalam Tabligh Akbar dan Bedah Buku “Diary 212” di Masjid Al-Ukhuwah, Karawaci, Tangerang, Banten, Ahad subuh (22/10/2017).
Haris mengingatkan agar umat Islam tidak merasa bahwa kemenangan tekah mereka raih pasca Aksi 212. Pasalnya, serangan-serangan balik yang dilakukan oleh “lawan”, dilakukan secara bertubi-tubi. Di antara serangan balik itu adalah terjadinya kriminalisasi tokoh, keluarnya Perppu Ormas dan fenomena semakin beraninya Komunis menampakkan diri.
Karena itu, dia mengutip ungkapan Ketua Dewan Pembina GNPF-MUI Habib Muhammad Rizieq Syihab yang selalu mendengungkan kata “revolusi”. Menurutnya, kata ini harus dimaknai dan diterjemahkan berupa perubahan masyarakat menuju syariat Islam.
“Kalau ada seruan revolusi, itu artinya seruan perubahan. Dan revolusi itu selalu harus ada pengorbanan,” kata dia.
Menurut Haris, Aksi Super Damai 212 yang terjadi pada 2 Desember 2016 lalu harus menjadi modal bagi perjuangan penegakan syariat Islam di Indonesia. Sebab dengan aksi tersebut, ternyata dapat diketahui mana umat Islam yang benar-benar menginginkan syariat Islam dan mana yang tidak.
“Aksi 212 itu telah membelah umat, bukan memecahbelah umat. Membelah keimanan mereka, mana yang berjuang menuntut penista agama diadili dan mana yang pro terhadap penista agama,” jelasnya.
Haris menyebut, di antara yang pro terhadap penista agama, ada seorang “ulama gendeng” yang sampai mencari-cari dalil untuk mendukung Ahok si penista agama. Caranya dengan menyebut bila kata Ahok ada dalam kitab bahasa Arab dari kata “akhuka”. “Padahal kalau ditulis, akhuka itu pakai “kh”, sedangkan Ahok itu pakai “h”. Memang dia saja yang bisa bahasa Arab,” sindir Haris.
Malah kata Haris, demi membela penista agama, ada yang melakukan revisi tafsir Al-Maidah ayat 51. “Untuk membela orang kafir, mereka mengartikan kata “Auliya” dalam Al-Maidah ayat 51 sebagai “teman setia” bukan sebagai pemimpin,” jelasnya. [RN]