SOLO, (Panjimas.com) – Orang tidak akan percaya kalau hanya melihat tampang polos dua pemuda asal Kebakkramat, Karanganyar ini. Berbaju koko lengan panjang, memakai sarung sekilas mirip santri mengaji. Padahal dibalik bajunya, tatto memenuhi tubuhnya.
Ya, mereka sedang menjalani program tiga hari mengaji di komunitas jamaah tabligh. Setelah sekian lama mengisi kehidupan dunia hitam, suasana ketenangan hati tidak diraih padahal, uang ada, kebebasan didapat, tidak ada yang mengatur, apalagi orang tua.
Panjimas berusaha mengorek masa kelam mereka berdua. Andi (34) sudah mencicipi dinginnya hotel prodeo selama satu tahun. Kebiasaan mabuk, judi, narkoba, bahkan merampok, membobol rumah yang menjadi sebab dijebloskannya ke penjara sudah fasih dilakukan.
“Komplit mas, hampir semua sudah saya alami,” kata Andi sambil senyum mengenang, Ahad (22/10/2017).
Baru sekitar dua bulan lalu, dia keluar Penjara, merasa ada kegalauan memghampiri perasaannya. Beruntung ada Ustadz Arifin, dan Ustadz Waluya, tokoh masyarakat setempat memberikan perhatian kepadanya.
Andi bersemangat saat diajak bergabung kajian bersama anak-anak jalanan, mantan preman dan residivis dalam program tiga hari di Masjid An Ni’mah Solo. Usai lulus menjalani rehabilitasi hati, dia memantapkan hatinya bertaubat dan berhijrah meninggalkan dunia hitamnya.
Lain halnya kisah Galih (24), pemuda sekampung dengan Andi ini telah menjalani vonis Hakim dikurung selama 4 tahun. Keluar dari Polda Jawa tengah, dipindah ke Rutan Solo kemudian di buang ke Lapas Wonogiri.
Masih muda belia, Galih sudah menjadi bandar narkoba. Sebab kasus itulah vonis Hakim lebih berat di jalani dan baru lulus tahun 2016 lalu.
Kegalauan Galih manakala keluar dari Hotel Prodeo kemudian kembali bersama komunitas dunia premannya, hati merasa tidak nyaman. Berniat taubat, dia meminta pamannya untuk belajar menimba ilmu agama.
“Saya meminta tolong Om saya, kebetulan dia juga ngajinya ke jamaah tabligh. Pokoknya pingin sembuh aja,” ujar Galih yang masih bangga dengan bekas ukiran ditubuhnya.
Galih menceritakan ada kegundahan saat beraksi merampok di salah satu perusahaan. Waktu itu, dia bersama temannya membobol CV yang ditarget memiliki simpanan uang di kantor banyak. Naasnya, satpam memergoki aksi mereka.
Dalam kondisi seperti itu, Galih hanya menyerah bakal dihajar dan di jebloskan ke kantor Polisi. Takdir ternyata tidak sama dengan kecemasannya. Satpam tersebut malah melepaskan mereka saat melihat muka Galih yang polos. Anehnya kejadian itu tidak hanya sekali, saat dia beraksi merampok dan ketangkap tangan juga dilepas.
“Saya juga merasa aneh mas, tidak hanya sekali, dua kali lho. Saya ketangkap itu sering dilepas sama Satpam, malah jadi mikir saya. Itu pengalaman saya hingga di kost itu saya merenung apakah ini peringatan dari Allah,” ungkapnya.
Sekarang mereka berdua merasa tenang, tentram menjalankan perintah agama setelah mengikuti program 3 hari di Masjid. Bersama teman yang sudah melanglang dunia hitam, Andi dan Galih tidak minder. Yang pasti taubatan nasyuha membuat yakin bahwa perbuatan dosanya bakal diampuni Allah dan mengisi amal sholeh bersama orang-orang sholeh di jamaah tabligh dalam kajian Berandal (Bersama Rasakan Dasyatnya Amal). [SY]