JAKARTA, (Panjimas.com) – Adanya polemik yang mempermasalahkan istilah pribumi yang disampaikan oleh Gubernur terpilih DKI Jakarta, Anies Baswedan pada pidato perdananya sebagai gubernur baru justru dianggap hal biasa dan bukan sesuatu yang tidak baik oleh banyak kalangan Thionghoa dan warga keturunan di Jakarta.
Setidaknya hal itu bisa tercermin dalam sebuah pernyataan sikap yang di disampaikan oleh perwakilan dari komunitas Tionghoa Muslim dan beberapa perwakilan etnis Tionghoa di Jakarta. Dalam sebuah konperensi pers yang diadakan di Balai Kota pada hari Jumat, (20/10) kemarin.
Pada kesempatan Jumat siang itu, sekitar pukul 02.20 WIB, suasana Balai Kota terasa tenang dan damai. Setelah gubernur lama, Ahok tidak lagi dan tidak menjabat lagi sebagai gubernur dan sudah tidak menempati Balai Kota lagi sebagai jabatan Gubernur DKI Jakarta.
Saat itu berjalan agak cepat, Jusuf Hamka (Kepala Suku Tionghoa Muslim) melangkah bergegas menuju Balai Kota. Dia datang bersama Bambang Akuet (Ketua Klenteng Jin De Yuan-Glodok), Mr. Apao (Tanah Abang), Layhok (Bos Batik), dan Buntario (Notaris). Semuanya bermata sipit dan kulit kuning. Maka sudah bisa ditebak bahwa mereka semua itu adalah etnis dan keturunan Tionghoa.
Setelah bertemu dan mendapat izin dari Sekda Saefullah di lantai 4 Gedung Balai Kota DKI. Mereka pun melakukan konprensi Pers. Sekda pun memberikan izin untuk pemakaian Balai Kota sebagai tempat diadakannya acara itu.
Setelah menunggu sekitar satu jam karena menunggu kedatangan Lieus Sungkharisma akhirnya acara konperensi pers pun dimulai. Bertepatan dengan adanya kegiatan aksi di sekitar Istana Merdeka yang dilakukan oleh element Mahasiswa dan kaum Buruh.
H.Jusuf Hamka membuka konferensi pers itu dengan terlebih dahulu meminta agar istilah dan pemakaian soal kata “Pribumi” yang menjadi kini menjadi ramai diperbincangkan itu agar segera dihentikan polemiknya.
“Pidato Anies Baswedan kemarin itu adalah sama sekali tidak bertendensi dan mendiskriminasikan terhadap golongan ras tertentu apapun, apalagi juga Tionghoa,” ujar Jusuf Hamka.
Menurutnya, sedikit pun seorang Anies Baswedan tidak punya benih-benih seorang rasis dan anti perbedaan ras seperti yang dituduhkan dalam surat pelaporan segelintir orang yang mencari cari sensasi dengan melaporkan pidato Gubernur baru terpilih ke Bareskrim beberapa hari lalu.
“Saya ada di lokasi saat Pak Anies menyampaikan pidatonya. Kata-kata dari pak Anies justru membakar semangat kita semua untuk terus membangun bangsa dan negara ini,” ujar Lieus Sungkharisma menambahkan.
Justru dirinya merasa heran kalau keesokan harinya, ada sekelompok orang meributkan dan melaporkan pidato dari Anies tersebut. “Ga abis pikir saya,” kata Lieus Sungkharisma.
Dirinya juga mengutip kata kata yang disampaikan Jusuf Hamka kepadanya kemarin. Hal ini menurutnya sangat penting dan mohon para wartawan bisa mencatatnya dan menuliskannya kembali dalam berita yang dibuat.
“Bilangin ke mereka, kita aja yang Tionghoa gak ngerasa terganggu dengan pidato itu, apalagi tersinggung, kok ‘elu’ yang repot,” pungkas Lieus. [RN]