JAKARTA, (Panjimas.com) – Pos Kesehatan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) melayani 1.000 pengungsi Rohingya di Distrik Cox’s Bazar, Bangladesh. Posko yang dikomandoi Kepala BAZNAS Tanggap Bencana (BTB) Ahmad Fikri ini, sudah berada di kawasan yang berbatasan dengan Myanmar itu, sejak pekan lalu.
“Program medical assistance dilaksanakan oleh BAZNAS untuk para pengungsi Rohingya yang berada di Cox’s Bazar. Kegiatan pelayanan kesehatan ini dipusatkan di wilayah Kuthu Palong. Ini merupakan bagian dari komitmen BAZNAS dalam mendukung program Indonesian Humanitarian Alliance atau IHA,” kata Ahmad Fikri dalam keterangan tertulis yang diterima Panjimas.com di Jakarta, Kamis (19/10).
Fikri yang didaulat sebagai Pimpinan Tim Kemanusiaan BAZNAS selama di perbatasan Bangladesh-Myanmar ini menjelaskan, BAZNAS didukung para relawan medis lokal yang berjumlah 8 dokter dan 6 perawat. Dalam penugasan, mereka dibagi dua shift, masing-masing bekerja selama satu hari penuh.
“Para pengungsi yang datang kebanyakan mengalami kasus-kasus seperti gizi buruk (stunting), diare, radang paru, demam, luka bakar, luka tembak, infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA dan busung lapar,” ujar Fikri yang baru-baru ini juga memimpin tim BAZNAS melayani pengungsi erupsi Gunung Agung, Bali.
Dia memaparkan, hingga hari ini, jumlah pasien yang sudah tertangani sebanyak 1.008 orang yang didominasi balita, anak-anak dan orang tua. “Kondisi kesehatan yang buruk, diperparah oleh keadaan lingkungan yang sangat tidak memadai dan tidak layak. Selain itu, juga situasi atau cuaca yang sehari-hari hujan terus-menerus. Dan saat tak ada hujan, suhu sangat panas karena daerah ini merupakan wilayah tepian pantai atau pesisir,” ucapnya.
Menurut Fikri, pos-pos kesehatan yang ada masih sangat minim. “Untuk itu dibutuhkan konsep penanganan kesehatan terpadu dengan fasilitas medis yang lebih layak serta cocok dengan situasi dan kondisi para pengungsi yang tersebar di banyak lokasi,” katanya.
Dia menambahkan, setelah berkoordinasi dengan Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM), BAZNAS mendukung konsep mobile clinic dengan fasilitas kesehatan (faskes) yang lengkap dan dapat berpindah lokasi.
”Atau model garage clinic dan cabin clinic yang menggunakan ruangan yang berasal dari peti kemas. Ini lebih pas dan sesuai, karena dapat ditempatkan di lokasi tertentu dan saat tak dibutuhkan lagi, bisa di pindahkan ke tempat lain,” ucapnya.
Fikri menyebutkan, Tim Kemanusiaan BAZNAS juga telah memasok sembako ke sejumlah kamp pengungsi. “Bantuan natura dalam kemasan ‘food for Myanmar’ sudah 80 persen tersalurkan, yakni berupa paket yang masing-masing terdiri atas sepuluh kilogram beras, satu kilogram bawang, garam, kacang dal, minyak sayur dan sebagainya. Lokasi distribusi difokuskan di tiga titik yakni di Kamp Nayapara, Teknaf dan Balukali,” ujarnya.
Sementara itu, tambah Fikri, Tim Kemanusiaan BAZNAS juga mendirikan beberapa unit hunian darurat untuk keluarga (family shelter) sebagai sarana penampungan sementara pengungsi Rohingya. Family shelter dibangun di Kamp Balukali, Ukhiya, sebuah kota perbatasan di Distrik Cox’s Bazar, Bangladesh. [TM]