NEW YORK, (Panjimas.com) – Misi PBB, MINUSCA pada hari Rabu (18/10) mengecam laporan kekerasan yang terjadi di Republik Afrika Tengah Selatan yang telah merenggut sejumlah nyawa.
Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensional di Republik Afrika Tengah (MINUSCA) dalam pernyataannya mengatakan bahwa pihaknya menerima laporan kekerasan di Pombolo, sebuah Desa di Provinsi Lower Kotto.
“Indikasi awal menunjukkan bahwa kekerasan yang meluas akan menelan banyak korban jiwa dari warga sipil yang tidak berdosa,” tulis pernyataan MINUSCA tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut mengenai jumlah korban.
Misi PBB tersebut mengatakan “pihaknya akan melakukan semua upaya untuk mengakhiri kekerasan dan memfasilitasi akses terhadap perawatan bagi para korban yang terluka”
MINUSCA menambahkan bahwa pihaknya akan mengirim helikopter untuk pengintaian udara dan mengerahkan pasukan darat.
Souleymane Daouda, juru bicara Union for Peace di Republik Afrika Tengah, yang sebelumnya dikenal sebagai Seleka, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa setidaknya 150 orang Muslim terbunuh dan hampir 100 lainnya luka-luka di Pombolo.
Daouda menambahkan dalam wawancara telepon bahwa korban jiwa hingga kini masih dihitung.
Keadaan persis pembantaian muslim ini tidak jelas, namun menurut laporan awal, penyerang tersebut diyakini termasuk dalam kelompok Milisi Kristen Anti-Balaka, yang membunuh lebih dari 20 jamaah Masjid Djimbi dalam serangan Masjid saat Sholat Jumat pekan lalu (13/10).
Sejak 2013, ribuan warga terbunuh dalam konflik sektarian di negara tersebut, sementara ribuan warga lainnya terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mencari perlindungan di negara-negara tetangga, termasuk Kamerun dan Chad.
Dalam laporannya tahun 2015, Amnesty International (AI) memperkirakan bahwa lebih dari 5.000 jiwa, kebanyakan dari mereka adalah warga sipil, tewas terbunuh dalam kekerasan sektarian di Republik Afrika Tengah meskipun disana terdapat pasukan internasional.
Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di negara tersebut, “Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensional di Republik Afrika Tengah atau disebut MINUSCA,” segera mengecam keras insiden serangan di Masjid Djimbi tersebut.
”Kekerasan mengakibatkan kematian puluhan anggota komunitas Muslim. MINUSCA dan pemerintah Republik Afrika Tengah akan mengirimkan Tim gabungan ke Kembe dalam beberapa jam mendatang untuk mengetahui situasi di lapangan,” demikian pernyataan MINUSCA.
”MINUSCA menyesalkan gelombang kekerasan … yang mengakibatkan banyak jatuhnya korban, termasuk pasukan penjaga perdamaian. Tindakan kekerasan ini telah berkontribusi terhadap peningkatan jumlah warga yang terlantar dan melumpuhkan kerja-kerja tim bantuan kemanusiaan.”
Milisi Muslim Seleka Versus Milisi Kristen Anti-Balaka
Kekerasan meletus di Republik Afrika Tengah pada tahun 2013, ketika Muslim Seleka memberontak kemudian menggulingkan Presiden Francois Bozize, seorang Pemimpin Kristen, yang kemudian berkuasa setelah melancarkan kudeta pada tahun 2003.
Pertarungan sengit terus berlanjut antara Muslim Seleka dan pemberontak Kristen.Anti-Balaka
Milisi Anti-Balaka terdiri dari penduduk di bagian Selatan dan Barat negara ini, yang kebanyakan memeluk Kristen. Kelompok pemberontak mengidentifikasi dirinya sebagai Milisi Kristen.
Milisi Kristen ini muncul pada tahun 2013 sebagai kelompok pertahanan diri untuk melawan Milisi Muslim Seleka yang menggulingkan Bozize, dan didominasi oleh para pendukungnya.
Beberapa mantan anggota Angkatan Bersenjata Nasional yang tetap loyal kepada Bozize bergabung menjadi anggota Milisi Kristen Anti-Balaka.
Seleka adalah sebuah Aliansi dari beberapa kelompok bersenjata dari bagian Timur Laut yang berpenduduk mayoritas Muslim.
Hampir setengah dari jumlah penduduk negara bergantung pada bantuan kemanusiaan, demikian menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, UN Office of Coordination for Humanitarian Affairs.[IZ]