JEDDAH, (Panjimas.com) – Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Ahad (15/10) lalu mengutuk keras serangan mematikan yang menargetkan jamaah Muslim yang sedang menunaikan shalat jumat di Masjid Djimbi, wilayah Republik Afrika Tengah.
Dilaporkan 20 Muslim dibantai oleh Milisi Kristen Anti-Balaka dalam insiden serangan mematikan tersebut, Jumat (13/10).
Dalam pernyataannya, Sekretaris Jenderal OKI Yousef Al-Othaimeen mengutuk “insiden kriminal dan kekerasan yang terus berlanjut oleh Milisi anti-Balaka”, dilansir dari Anadolu.
Al-Othaimeen menegaskan dukungan OKI untuk Republik Afrika Tengah atas upaya-upaya yang bertujuan memulihkan keamanan dan stabilitas di negara tersebut.
“Para korban berada di Masjid saat gerilyawan Anti-Balaka menyerbu Masjid, hingga menewaskan sedikitnya 20 jamaah,” ujar Abdouraman Bornou, seorang pemimpin masyarakat setempat.
Insiden tersebut terjadi di Masjid Djimbi, di bagian Tenggara Republik Afrika Tengah (CAR).
Ousman Mahamat, seorang pemimpin komunitas Muslim, menuturkan, “Apa yang baru saja terjadi di Djimbi, sangat menghancurkan.”
Sejak 2013, ribuan warga terbunuh dalam konflik sektarian di negara tersebut, sementara ribuan warga lainnya terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mencari perlindungan di negara-negara tetangga, termasuk Kamerun dan Chad.
Dalam laporannya tahun 2015, Amnesty International (AI) memperkirakan bahwa lebih dari 5.000 jiwa, kebanyakan dari mereka adalah warga sipil, tewas terbunuh dalam kekerasan sektarian di Republik Afrika Tengah meskipun disana terdapat pasukan internasional.
Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di negara tersebut, “Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensional di Republik Afrika Tengah atau disebut MINUSCA,” segera mengecam keras insiden serangan di Masjid Djimbi tersebut.
”Kekerasan mengakibatkan kematian puluhan anggota komunitas Muslim. MINUSCA dan pemerintah Republik Afrika Tengah akan mengirimkan Tim gabungan ke Kembe dalam beberapa jam mendatang untuk mengetahui situasi di lapangan,” demikian pernyataan MINUSCA.
”MINUSCA menyesalkan gelombang kekerasan … yang mengakibatkan banyak jatuhnya korban, termasuk pasukan penjaga perdamaian. Tindakan kekerasan ini telah berkontribusi terhadap peningkatan jumlah warga yang terlantar dan melumpuhkan kerja-kerja tim bantuan kemanusiaan.”
Milisi Muslim Seleka Versus Milisi Kristen Anti-Balaka
Kekerasan meletus di Republik Afrika Tengah pada tahun 2013, ketika Muslim Seleka memberontak kemudian menggulingkan Presiden Francois Bozize, seorang Pemimpin Kristen, yang kemudian berkuasa setelah melancarkan kudeta pada tahun 2003.
Pertarungan sengit terus berlanjut antara Muslim Seleka dan pemberontak Kristen.Anti-Balaka
Milisi Anti-Balaka terdiri dari penduduk di bagian Selatan dan Barat negara ini, yang kebanyakan memeluk Kristen. Kelompok pemberontak mengidentifikasi dirinya sebagai Milisi Kristen.
Milisi Kristen ini muncul pada tahun 2013 sebagai kelompok pertahanan diri untuk melawan Milisi Muslim Seleka yang menggulingkan Bozize, dan didominasi oleh para pendukungnya.
Beberapa mantan anggota Angkatan Bersenjata Nasional yang tetap loyal kepada Bozize bergabung menjadi anggota Milisi Kristen Anti-Balaka.
Seleka adalah sebuah Aliansi dari beberapa kelompok bersenjata dari bagian Timur Laut yang berpenduduk mayoritas Muslim.
Hampir setengah dari jumlah penduduk negara bergantung pada bantuan kemanusiaan, demikian menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, UN Office of Coordination for Humanitarian Affairs.[IZ]