COX’S BAZAAR, (Panjimas.com) – Hampir sekitar 14.000 anak-anak Muslim Rohingya dilaporkan telah kehilangan satu atau kedua orang tua, sehingga mereka menjadi anak yatim ataupun piatu.
14.000 anak-anak yatim-piatu tersebut termasuk di antara lebih dari 536.000 pengungsi Rohingya terpaksa menyeberang ke Bangladesh untuk menghindari kekerasan brutal di Myanmar, menurut seorang pejabat PBB, Ahad (15/10).
PBB melaporkan sebanyak 536.000 pengungsi Rohingya telah tiba di Bangladesh dari negara bagian Rakhine sejak 25 Agustus lalu, mayoritas di antaranya anak-anak.
Departemen pelayanan sosial Bangladesh mengatakan 13.751 anak tanpa orang tua atau orang tua diidentifikasi dalam sebuah survei terhadap kamp-kamp pengungsi yang ramai di sepanjang perbatasannya, di mana badan amal memperingatkan bahwa sebuah krisis kemanusiaan sedang berlangsung.
“Mayoritas dari mereka mengatakan bahwa mereka kehilangan satu atau kedua orang tua dalam kekerasan di Rakhine,” ujar Pritam Kumar Chowdhury, seorang Deputi Direktur Departemen, saat berbicara dengan Agence France-Presse (AFP).
“Yang lain mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa yang terjadi pada orang tua- oang tua mereka, dan mereka datang ke Bangladesh dengan saudara-saudaranya”, ungkap Chowdhury.
Anak-anak Rohingya yang selamat dan melarikan diri ke Bangladesh mencakup sekitar 320.000 anak-anak, sepertiga (1/3) di antaranya berusia di bawah 5 tahun.
PBB menegaskan bahwa kekerasan di Rakhine sebagai contoh buku teks tentang pembersihan etnis.
Bangladesh membangun kamp-kamp pengungsian terbesar di dunia – pemukiman massal seluas 3.000 acre (1.200 hektar) yang begitu luas – ini diperkirakan mampu menampung lebih dari 800.000 pengungsi Rohingya.
Bulan lalu seorang Menteri junior meminta agar tanah seluas 200 acre disisihkan di bagian kamp, khusus untuk fasilitas anak-anak.
Chowdhury mengatakan sebuah panti asuhan akan dibangun untuk anak-anak Rohingya di bawah umur yang tidak didampingi orang tua, sanak maupun saudaranya, dan anak-anak tanpa orang tua akan diberikan bantuan tambahan serta dukungan keluarga.
Badan-Badan bantuan kemanusiaan telah memperingatkan bahwa ada kekhawatiran nyata bahwa anak-anak yang rentan tersebut dapat menjadi korban-korban pelecehan ataupun perdagangan manusia.
Para pengungsi Rohingya melarikan diri dari operasi militer di Myanmar di mana tentara dan gerombolan ektrimis Buddha membunuh laki-laki, perempuan dan anak-anak Rohingya, menjarah rumah-rumah mereka dan membakar desa-desa Muslim Rohingya.
Sejak 25 Agustus lalu, saat Militer melancarkan operasi brutalnya terhadap penduduk Rohingya, 536.000 penduduk Rohingya terpaksa menyeberang dari negara bagian Rakhine menuju ke wilayah Bangladesh, menurut Badan Pengungsi PBB, UNHCR.
Ini adalah gerakan “terbesar dan tercepat” dari populasi sipil di Asia sejak tahun 1970an, demikian pernyataan PBB.
Beberapa pakar PBB beberapa pekan lalu mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesak pemerintah Myanmar untuk menghentikan “semua kekerasan terhadap minoritas Muslim Rohingya dan menghentikan penganiayaan yang sedang berlangsung serta berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang serius”.
Seruan yang dibuat oleh 7 pelapor khusus PBB yang menangani hak asasi manusia tersebut muncul di laman situs resmi Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR).
Pakar PBB menyatakan terdapat berbagai tuduhan yang kredibel atas pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran serius. Para ahli juga mengatakan Myanmar harus memberikan “akses kemanusiaan secara bebas” kepada organisasi internasional untuk membantu pengungsi di internal Rakhine.
Pernyataan bersama tersebut juga menyebutkan bahwa pelanggaran hak asasi manusia itu mencakup pembunuhan di luar hukum, penggunaan kekerasan, perlakuan sewenang-wenang dan perlakuan sewenang-wenang yang berlebihan, kekerasan seksual dan berbasis gender, dan penculikan paksa, “serta pembakaran dan penghancuran lebih dari 200 desa-desa Rohingya dan puluhan ribu rumah “.
Menurut Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hasan Mahmood Ali, sekitar 3.000 orang Rohingya tewas dibantai dalam tindakan brutal Militer Myanmar.
Secara keseluruhan, lebih dari 800.000 pengungsi Rohingya sekarang diyakini berada di Bangladesh.[IZ]