BERLIN, (Panjimas.com) – Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere baru-baru ini menegaskan bahwa Kementeriannya bersedia untuk membahas usulan hari-hari libur nasional khusus Islam di daerah-daerah dengan populasi Muslim besar. Hal ini Ia sampaikan saat berbicara dalam pertemuan massa partainya di wilayah Utara Jerman pekan ini, dilansir dari Daily Sabah.
Pernyataan de Maiziere ini menuai protes dari sekutu politiknya sendiri karena mendorong agar pemerintah Jerman mengenalkan hari libur nasional khusus untuk Muslim. Thomas de Maiziere juga merupakan salah satu tokoh senior dalam Partai Persatuan Demokrat Kristen (CDU) yang diketuai oleh Kanselir Angela Merkel.
Di Jerman, kini terdapat sekitar 4,7 juta Muslim, kebanyakan merupakan imigran dari Turki.
Sementara itu, Alexander Dobrindt, yang juga anggota Blok Uni Konservatif Merkel, saat berbicara dengan “Daily Bild” Sabtu (14/10) mengatakan bahwa dirinya menentang hari libur Islam, “Warisan Kristen kami, tidak dapat dinegosiasikan.”
“Bagi kami, kebijakan hari libur bagi Umat Islam, tidak mungkin,” pungkasnya.
Pemimpin Sosial-Demokrat Martin Schulz sementara itu mengatakan pada hari Sabtu (14/10) bahwa gagasan itu layak untuk dipikirkan, mengutip laporan kantor berita DPA.
Schulz mengatakan bahwa dia terkejut bahwa gagasan tersebut berasal dari Menteri Dalam Negeri yang dia katakan biasanya dikenal karena “imajinasi yang sangat sedikit [gambaran kesan-kesan]” di bidang ini.
De Maiziere sebelumnya menghimbau para imigran untuk menghormati “budaya Leitkultur” Jerman, sebuah istilah yang sering digunakan oleh kaum sayap kanan.
Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri mengatakan negara bagian Utara seperti Hamburg dan Bremen telah menandatangani kesepakatan dengan beberapa organisasi Muslim sehingga murid Muslim diperbolehkan mendapat waktu libur di luar sekolah dan para pekerja Muslim dapat berlibur saat merayakan hari-hari penting bagi Islam, jubir Kemendagri itu menambahkan bahwa beberapa negara bagian lainnya juga melakukan hal yang sama.
Partai yang dipimpin Kanselir Angela Merkel, yakni Persatuan Demokrat Kristen (CDU), dan rekanan partainya Bavaria telah kehilangan pemilih dan kebanyakan beralih ke Partai nasionalis AfD (Alternatif untuk Jerman), yang melakukan kampanye penentangan keras terhadap Islam dan kebijakan anti-Imigran Muslim.
AfD didirikan sebagai gerakan protes pada tahun 2013 dan saat ini telah memiliki wakilnya di 11 dari 16 Parlemen negara bagian Jerman. AfD mengusung manifesto politik eurosentris dengan gerakan anti-imigrasi dan gerakan anti-Islam yang sangat massif.
Jerman, merupakan sebuah negara dengan 81,8 juta penduduk, dan memiliki populasi Muslim terbesar ke-2 di Eropa Barat setelah Prancis.
Diantara 81,8 juta jiwa total terdapat 4,7 juta penduduk Muslim di Jerman, 3 juta berasal dari Turki. Banyak dari mereka bermigrasi ke Jerman pada tahun 1960an.
Sebuah studi oleh Yayasan Bertelsmann pada tahun 2015 menunjukkan bahwa 57 persen warga non-Muslim menganggap Islam sebagai ancaman sementara 61 persen mengatakan bahwa Islam tidak sesuai dengan masyarakat Barat.
Organisasi Muslim terkemuka di Jerman menegaskan bahwa sumber radikalisasi beberapa pemuda Muslim bukanlah masalah Islam tapi masalah sosiologis yang mereka hadapi seperti diskriminasi, pengangguran atau kurangnya prospek masa depan.[IZ]