SOLO (Panjimas.com) – Lampion yang dipasang di depan komplek Gedung Umat Islam Solo dicopot pihak panitia Kirab Budaya kampung Jayengan. Setelah diprotes warga, Lurah Jayengan, Serengan, Solo, Aris Sarjito mengaku tidak masalah.
“Semua sudah kita serahkan panitia, ini sudah selesai dan tidak ada masalahnya dengan Kirab Budaya. Kemarin malam langsung dicopoti panitianya sendiri,” kata Aris saat dihubungi Panjimas, Senin (16/10/2017).
Pemasangan lampion yang meresahkan mayoritas warga muslim di kampung Jayengan ternyata atas inisiatif panitia Kirab Budaya. Mereka tidak melibatkan tokoh masyarakat setempat saat konsolidasi rencana menggelar Kirab Budaya.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Jayengan, Mudrick M Sangidoe menjelaskan bahwa sebagian besar masyarakat menolak kampung Jayengan dihiasi dengan ornamen lampion.
“Kalau pak Lurah mau mengadakan Kirab Budaya tidak ada yang melarang, silahkan. Alasan dia, masyarakat minta begitu, saya tanya masyarakat yang mana? Dan partisipasi mereka di kampung ini apa, sudah berbuat apa?,” ujarnya.
Mudrick yang asli dari Jayengan sempat protes ke Walikota dan Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS). Kedua lembaga tersebut tidak tahu menahu dengan kegiatan Lurah Jayengan.
“Saya sudah protes pada pak Rudi (Walikota Solo), saya juga protes ke PMS pak Marsono. Dan dia ndak tahu ada lampion itu, malah dia menyayangkan sikap pak Lurah yang situasinya baru seperti ini. Malah nanti bikin masalah,” ungkap dia. [SY]