SUKOHARJO (Panjimas.com) – Kajian keluarga bersama konsultan keluarga, Ustadz Tri Asmoro di Masjid An Nur Tanjung Anom, Grogol, Sukoharjo, mengupas kehidupan yang diridhoi Allah subhanahu wata’ala.
Kunci hidup yang mendaoatkan ridho Allah adalah beramal baik dengan hati yang bersih. Ustadz Tri mengutip perkataan Ibnu Qoyyim bahwa apakah kehidupan yang lebih baik dari pada orang yang keseluruhannya mendapatkan ridho Allah.
“Kenapa ingin mendapatkan ridho Allah, karena itu orang yang beriman kepada Allah, orang fajir tidak akan mencari ridho Allah. Sementara amal sholeh itu bukan palsu tapi seutuhnya sampai dalamnya juga sholeh karena Allah tahu niatnya juga sholeh, ikhlas,” katanya, Ahad (15/10/2017).
Dia mencontohkan seorang istri yang ditinggal suami tanpa pamit. Tidak ada yang ditinggalkan untuk kebutuhan sehari-hari untuk keluarga. Tetapi jika dilakukan dengan ikhlas untuk mencari ridho Allah maka akan kuat melakukan amal kehidupannya.
“Kemarin ada yang wanita dengan tujuh anak seminggu perginya suami tidak ada khabar kemudian mau menjual becak. Ada laki-laki seperti itu, kita-kira perempuan seperti ini bagaimana? Ketika suami pulang tetep buat teh cuma dihidangkan sambil merenung. Jika salah mencari jawaban kepada orang yang salah akan tidak baik. Jika datang kepada yang benar, maka akan ikhlas melakukan untuk mencari ridho Allah tetap tidak masalah,” ujar dia.
Orang yang mencari ridho Allah akan berbuat baik dan tidak peduli dengan penolakan. Ustadz Tri menjelaskan bahwa orang yang mencari ridho Allah akan husnuzan dengan amalnya. Sebab banyak amal sia-sia ketika pada hari kiamat sebab tidak ada niatan mencari ridho Allah.
“Amal yang beterbangan, Ibnu Katsir mengatakan terjadi pada hari kiamat. Kenapa amalnya beterbangan, karena tidak sesuai petunjuk Nabi juga tidak ikhlas. Maka jika suami tidak makan sementara istri tetap masak ya suami yang salah. Istri tetap mencari ridho suami agar mendapat rihonya Allah,” ucapnya.
Ustadz Tri menungkapkan hadits Nabi yang mengatakan, jika kamu melihat Allah memberikan dunia kepada orang berbuat dosa, maka dia tetap berbuat dosa dan maksiat, itu bukan berarti diberi hal yang baik tetapi Allah menguji orang tersebut.
“Banyak orang itu merasa hidupnya cukup, maka justru biasanya hidupnya sudah tidak butuh Allah. Ada orang setiap hari sibuk bekerja kemudian terlihat kaya, punya semua yang diinginkan. Dia sudah merasa cukup dengan keadaan tersebut. Orang semacam itu tidak memikirkan meraih ridho Allah, tidak percaya hari akhir,” pungkasnya. [SY]