BANDUNG, (Panjimas.com) – Berawal dari sebuah pengalaman pribadi yang dialami secara langsung oleh Asep Irawan, yang saat itu memiliki pengalaman kejadian dimana ia harus mengurus salah seorang keluarga dhuafa yang datang ke kantor membawa anaknya yang sedang sakit dan tidak punya biaya untuk berobat. Selanjutnya dibawalah anak dari keluarga dhuafa tersebut ke RS terdekat, namun jiwanya sudah tidak tertolong dan bayi tersebut meninggal dunia di sesaat setelah sampai di RS tersebut.
Ternyata masalah tidak berhenti begitu saja, persoalan mengurusi jenazah dan melakukan pemakaman menjadi masalah berikutnya. Dimana persoalan biaya pemakaman yang mahal dan prosedur yang sulit dan harus dijalani menjadi kendala bagi para dhuafa dan rakyat kecil dalam urusan pemakaman.
Berangkat dari kisah pengalaman itulah kemudian lahir gagasan untuk membuat taman pemakaman untuk para dhuafa dan kaum papa yang tidak mampu dan sulit untuk mengurus soal pemakaman apabalia ada yang meniggal dunia bagi para dhuafa dan gelandangan. Sejak saat itu seorang Asep Irawan berpikir bagaimana mereka bisa dibantu soal pengurusan jenazah sekaligus menumbuhkan gerakan wakaf produktif bagi para muzaki yang ada.
“Ya, jadi Firdaus Memorial Park ini adalah bagian dari program waqaf produktif yang ada.Jadi konsepnya itu para Waqif hanya memberikan waqaf tunai (maupun bisa dicicil) sebesar Rp.15 juta kemudian orang yang berwaqaf (Waqif) mendapatkan 2 kavling lahan untuk kuburan keluarga sang Waqif dan 2 kavling lagi untuk kuburan kaum dhuafa dan tidak mampu,” ujar Asep pada berapa waktu lalu kepada Panjimas saat ditemui di lokasi pemakaman Firdaus Memorial Park.
“Konsepnya ini waqaf produktif ini adalah semua disediakan untuk kepentingan umat dan menjadi milik umat. Ini benar benar waqaf murni, jika dia mampu silahkan berwaqaf. Untuk pengelolaan dana operasional itu pun diambil dari waqaf yang diberikan tersebut,” pungkas Wakil CEO Sinergi Foundation. [ES]