COX BAZAR, (Panjimas.com) – Bencana kelaparan yang disebabkan oleh pembatasan Militer dan pemerintah Myanmar, akan memicu gelombang baru penduduk Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh.
Lebih dari seperempat juta orang Rohingya meninggalkan wilayah Burma dan akan menghadapi berbagai pelanggaran hak asasi manusia, seperti kerja paksa, pemerasan, dan pelecehan.
Ribuan Rohingya lainnya akan meninggalkan kampung-kampung halaman mereka dan menghadapi kondisi yang lebih sulit dalam beberapa hari dan beberapa pekan mendatang.
Tanaman kini telah siap dipanen, dan para penduduk Rohingya yang tersisa di daerah tersebut adalah calon-calon pekerja paksa sejak para petani Rohingya meninggalkan negara bagian Rakhine.
Rohingya yang kini masih berada di wilayah Burma sekarang menghadapi pemerasan oleh Militer, mereka dipaksa membeli hasil ternak dan panen yang dicuri dari penduduk Rohinya yang telah melarikan diri. Harganya sekarang tiga kali lipat dari nilai pasar dan ada ancaman penangkapan jika menolak membeli, hal ini juga membuat orang-orang sangat takut.
Di sebuah desa bernama Oolaphay banyak rumah-rumah hancur di dekat pos keamanan, gerombolan Buddha Rakhine didampingi oleh Militer membakar rumah-rumah Rohingya di Maungdaw, 3 hari yang lalu.
Presiden Organisasi Rohingya Burma di Inggris (Burmese Rohingya Organisation) mengatakan, “Rohingya sekarang m,engalami kelaparan di Burma dan jika tidak ada tekanan nyata terhadap pemerintah dan Militer untuk mencabut pembatasan bantuan dan pembatasan pergerakan, sebagian besar Rohingya di Burma akan dipaksa keluar dalam beberapa pekan ini”, seperti dilansir Anadolu Ajensi.
“Militer dan pemerintah telah mengabaikan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa [DK PBB].”[IZ]