SOLO (Panjimas.com) – Jendral (Purn) Anton Tabah Digdoyo mengatakan bahwa akhirat itu hidup yang sebenarnya dan kenikmatan hidup ketika menemukan hidayah Islam. Selama menjadi angota TNI dengan posisi pangkat dan jabatan menurutnya bukanlah kenikmatan hakiki.
“Di dunia hanya seperti orang berteduh di bawah pohon selama perjalanan panjang, hanya sebentar. Karena akhirat itu selamanya,” kata wakil ketua Komisi Hukum MUI Pusat itu, saat mengisi kajian shubuh bersama HASMI (Himpunan Ahlussunnah untuk Masyarakat Islami) di Masjid Kalitan, Solo, Ahad (8/10/2017).
Anton menyebutkan bahwa pemahaman dasar negara adalah Pancasila tidak tepat. Dia meminta ditunjukkan penjelasan jika Pancasila sebagai dasar negara. Justru menurutnya dasar negara Indonesia sesuai dengan syariat Islam.
“Dasar Negara RI adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Pancasila ideologi. Tunjukkan mana jika Pancasila itu dasar negara, mana,” ucapnya.
Anton menyoroti kegaduhan Indonesia paling parah di era Jokowi. Munculnya Perpu Ormas yang tidak berdasar jadi alat negara membungkam sikap kritis terhadap pemerintah.
“Kegaduhan Indonesia karena meterjemahkan UU salah dengan Al Quran. Coba lihat Perpu boleh terbit itu ada tiga syarat, ada kegentingan yang memaksa, bahaya yang sangat mengancam dan kekosongan Undang-undang. Sampai hari ini aman-aman saja, HTI itu kan wacana. Ndak bisa ditangkap, HTI kan cuma ngomong yok khilafah,” ujarnya.
Perjuangan Anton dalam menjalankan syariah Islam terkait jilbab terealisasi meski 6 tahun sendiri berjuang. Untuk itu dia meminta umat Islam istiqomah menjalankan syariat Islam. Bahkan dalam memilih pemimpin harus tegas pilihannya sesama muslim.
“Enam tahun saya berjuang sendiri memperjuangkan polwan berjilbab. Nah memilih pemimpin juga syariat, jangankan memilih pemimpin, memilih teman saja syariah kita disuruh memilih yang baik,” tuturnya. [SY]