JAKARTA (Panjimas.com) – Jamaah Masjid Amir Hamzah yang meliputi para mahasiswa, dosen dan alumni Institute Kesenian Jakarta (IKJ) menggelar tasyakuran atas dibangunnya kembali Masjid Amir Hamzah yang sempat dibongkar pada tahun 2013. Acara berlangsung Sabtu (7/10/2017 ) sore di Basement Masjid Amir Hamzah (Basement), Jl. Cikini Raya No 73, Jakarta Pusat. Tasyakuran diisi dengan zikir dan doa, surah Yasin, dan pembacaan puisi.
Alumni IKJ Romaini kepada Panjimas mengatakan, Masjid Amir Hamzah yang dibongkar semasa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahya Purnama alias Ahok, dijanjikan akan dibangun masjid pengganti yang lebih luas bangunannya.
“Jamaah Masjid Amir Hamzah menagih janji sesuai yang dijanjikan Gubernur DKI, mengingat masjid yang sekarang sedang dibangun tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan. Harusnya mengganti dengan ukuran yang besar, nyatanya, malah diperkecil bangunannya, sehingga lebih sempit,” kata Romaini.
Harapannya, setelah pelantikan gubernur dan wakil gubernur terpilih nanti, Masjid Amir Hamzah diperbaharui lagi sesuai kapasitas jamaah yang ada. Kabarnya, pembangunan masjid tersebut akan dikebut, sebelum jabatan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat berakhir Oktober ini.
Seperti diketahui, tahun 2013 Masjid Amir Hamzah yang berada di lingkungan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Taman Ismail Marzuki telah dibongkar ketika Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta. Kemudian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjanjikan untuk menggantikan masjid yang dirobohkan itu tahun 2014. Namun hingga tahun 2016, belum satu bata pun yang letakkan oleh Pemprov DKI.
“Kita dijanjikan tahun 2014 untuk dibangun kembali. Kami awalnya percaya dan memegang janji itu. Tapi hingga tahun 2016 tak satupun batu yang diletakkan di sini. Kami berharap, Pemprov DKI merealisasikan janjinya agar membangun kembali Masjid Amir Hamzah yang banyak melahirkan seniman besar seperti Chaerul Umam, Didi Petet dan pekerja seni lainnya,” kata Alumni IKJ Romaini sebelumnya.
Para alumni IKJ sempat menggelar gerakan sosial dengan mengadakan Nobar film “KMGP” untuk tujuan menyuarakan kembali dibanggunnya Masjid Amir Hamzah di komplek Taman Ismail Marzuki (TIM) yang telah dirobohkan.
“Ini adalah moment mahasiswa IKJ dan para seniman untuk bergerak dan menyuarakan kembali untuk menagih janji-janji Pemprov DKI Jakarta sebelumnya. Kami atas nama almamater dan Seniman Peduli Masjid meminta Gubernur Ahok agar mendengar aspirasi kami sebagai seniman dan masyarakat Jakarta.”
Sementara itu, Penulis novel “Ketika Mas Gaga Pergi” (KMGP) Helvy Tiana Rosa sempat mendesak kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar merealisasikan janjinya untuk membangun kembali Masjid Amir Hamzah di komplek Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta yang sebelumnya dirobohkan tahun 2013.
“Dari dulu masjid ini sudah ada. Di Masjid Amir Hamzah inilah banyak melahirkan seniman-seniman besar, seperti Chaerul Umam, WS Rendra, Didi Petet dan masih banyak lagi. Ketika diresmikan oleh Gubernur DKI Ali sadikin, masjid ini telah dijadikan cagar budaya. Untuk itu, kami sebagai seniman, ingin mengingatkan kembali kepada Pemprov DKI agar memenuhi janjinya untuk membangun masjid yang telah dirobohkan sejak tahun 2013,” ujar Helvy.
Helvy yang pernah aktif sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Periode 2003-2006 menegaskan, Pemprov DKI Jakarta berjanji akan membangun masjid di dekat pintu masuk TIM tahun 2014.
“Dahulu Masjid Amir Hamzah adalah tempat ibadah yang layak, kini seniman, mahasiswa dan pengunjung harus shalat di basement yang tempatnya tak layak dan tak nyaman. Saya mengajak semua pihak agar mengawal proses ini hingga selesai. Mengingat, masjid bukan hanya tempat shalat, tapi juga tempat untuk menumbukan karakter pemuda muslim,” ungkap Helvy gemes.
Alumni IKJ jurusan Teater, Romaini, mengaku kecewa dengan janji Pemprov DKI Jakarta yang menggantikan masjid dengan bangunan yang kecil, tidak sesuai kapasitas jamaah masjid.
“Sebelumnya, kami tidak nyaman shalat di basement. Kami syukuri masjid telah dibangun kembali, meski janjinya akan dibangun dengan kapasitas yang lebih besar,” kata Romaini yang selalu bercadar sejak kuliah. (desastian)