BEKASI, (Panjimas.com) – Seorang Dai dimanapun dia berada adalah tetaplah seorang penyeru yang mangajak manusia ke jalan kebaikan. Begitulah kiranya yang pantas disematkan kepada sosok seorang Muhammad Hidayat.Seorang warga Bekasi yang saat ini harus mendekam di tahanan karena perjuangan yang sedang dilakukannya menghadapi kezaliman penguasa.
Betapa tidak saat dirinya berusaha membela Izzah Islam dan kaum muslimin ada tantangan dan rintangan yang menghalangi. Muhammad Hidayat saat ini harus mendekam dibalik tahanan Lapas Bulak Kapal, Bekasi karena pelaporan yang dibuatnya atas ujaran kebencian dan penistaan agama yang dilakukan salah satu anggota keluarga penguasa negeri ini berbuah dirinya harus ditahan untuk sebuah kasus sebelumnya yang terkesan sangat dipaksakan dan sarat muatan kepentigan.
Tapi sekali lagi, seorang Dai adalah tetap seorang Dai dimanapun berada. Walau kini statusnya adalah sebagai tahanan titipan Kejaksaan Negeri dan sampai saat ini masih terus berjuang menjalani proses persidangan di Pengadilan Negeri Bekasi. Muhammad Hidayat terus saja aktif berdakwah di Lapas yang kini menjadi tempat dirinya menjalani hari hari penuh penantian menunggu vonis keputusan hakim.
“Selama hampir sebulan saya di Lapas, alhmdulillah saya coba mewarnai kehidupan di lapas dengan suasana dakwah dan nuansa spirit agama yang kuat kepada seluruh penghuni lapas,” tutur Hidayat saat ditemui Panjimas disela sela menunggu sidang kasus hukumnya dimulai pada Selasa (3/10).
Salah satu program dakwah yang dibuatnya di lapas adalah mengajak teman teman barunya sesama penghuni lapas untuk melakukan shaum sunnah Senin dan Kamis setiap minggunya. Walau program dakwah yang dibuatnya baru berjalan sekitar sebulan ini, namun mampu membuat beberapa penghuni lapas tergerak hatinya untuk ikut kegiatan shaum sunnah yang dibuatnya itu.
“Alhmdulillah, sudah ada sebanyak 35 orang penghuni lapas yang ikut program ini. Kita rutin melakukan shaum Senin-Kamis ini. Semoga nanti makin banyak yang bisa bergabung dan berusaha mengamalkan amalan sunnah ini,” ujar Hidayat.
Selain program shaum itu, kini Muhammad Hidayat juga sedang menggalang dana diantara sesama penghuni lapas untuk disumbangkan dan diberikan kepada saudara muslim di Rohingnya, Myanmar. Kegiatannya itu menurutnya baru dimulai berapa waktu ini. Ada tiga cara yang dibuatnya dalam menggalang dana kemanusiaan Rohingya itu.
Cara pertamanya adalah, para penghuni lapas dapat secara langsung memberikan dana sumbangannya itu kepada tim penggalangan dana yang sudah dibentuk (terdiri dari penghuni lapas juga). Berikutnya cara kedua adalah tim pencari dana sumbangan keliling ke seluruh blok dan sel untuk “mengamen” dan membaca puisi, yang kemudian bagi para penghuni lapas bisa sekalian nitip kalo mau ikut nyumbang.
Sedangkan cara ketiga adalah dengan cara tim penggalangan dana, berjualan makanan makanan kecil dan minuman ringan yang barangnya dibeli dari kantin di lapas dan kemudian dijajakan dan dijual di sekeliling blok dan sel. Dari hasil keuntungan dan beserta modalnya berjualan itu diserahkan semuanya untuk bantuan kemanusiaan Rohingya.
“Alhmdulillah kegiatan semua itu diketahui dan mendapat izin dari petugas di lapas. Selain itu kegiatan rutin harian kita juga yakni pengajian dan baca Iqro bagi yang belum bisa. Serta kita juga melakukan bimbingan kepada Mualaf yang menjadi penghuni lapas,” tutup Hidayat. [ES]