SOLO (Panjimas.com) – Ngaji bareng karyawan Tsabita bersama ketua ANNAS Soloraya, Ustadz Tengku Azhar, di Jl. Honggowogso, Tipes, Serengan, Solo, Rabu (4/10/2017).
Kajian rutin memupuk rohani karyawan Tsabita ini mengambil tema “Bersama Rangkul Rohingya”. Ustadz Tengku Azhar mengatakan bahwa ciri orang beriman itu peduli dengan saudara seimannya sebagai satu tubuh.
“Sekian puluh tahun bahkan ratusan tahun, pemerintah Myanmar tidak pernah mengakui bahwa saudara kita di Rohingya sebagai warga negara Myanmar. Kenapa kita peduli mereka, sebab saudara kita seiman. Rasulullah menyampaikan bahwa perumpamaan orang mukmin seperti satu anggota tubuh yang apabila satu anggota tubuh sakit maka seluruh anggota tubuh lainnya merasakan sakit. Itu indikasi atau ciri sebagai mukmin,” katanya.
Ustadz Tengku Azhar mengungkapkan kedustaan pemerintah Myanmar yang menyebut muslim Rohingya adalah penduduk pendatang. Sejarah mencatat bahwa di wilayah Myanmar sudah berdiri dua Kerajaan muslim Arakan dan Budha Burma.
“Dulu ada dua Kerajaan dua besar yakni Arakan dan Burma. Tahun 1700an wilayah tersebut jatuh pada pemerintah Inggris. Kemudian tahun 1750 digabung jadi satu menjadi Myanmar. Wilayah Arakan diganti dengan Rakhine State. Ini yang tidka banyak diketahui,” ujar dia.
Tuduhan Myanmar bahwa muslim adalah penduduk pendatang adalah kebohongan publik. Ustadz Tengku Azhar membongkar kebohongan tersebut melalui penelusuran sejarah yang disepakati para ahli sejarah.
“Tahun 962 Masehi kita lihat ada coin yang bergambar kalimat laa illaha illallah. Artinya sebelum muncul Myanmar sudah ada Islam yang diakui di wilayah tersebut. Nah ini yang membuat kita harus tahu bahwa jangan sampai kita ditipu orang Myanmar. Karena jauh sebelum ada Myanmar di wilayah itu sudah ada penduduk muslim. Dan ahli sejarah sepakat bahwa Islam sudah masuk 788 Masehi sebelum ada negara Myanmar,” ungkapnya.
Ustadz Tengku Azhar menilai pembantaian muslim Rohingya adalan pembersihan etnik. Pemerintah Myanmar menggulirkan kebohongan bahwa Rohingya bukan urusan etnik, agama ataupun ras.
“Nah sekarang yang terjadi adalah cleansing etnik atau pembersihan suku Rohingya. Dan kemarin dari relawan onecare mengatakan bahwa Masjid-masjid mulai di tutup. Namun anehnya dia melihat Gereja besar yang masih aktif disore hari ribuan umat Kristen dibiarkan beribadah. Padahal mereka juga orang Kristen Rohingya. Ini menandakan hanya muslim saja yang dibantai, diusir, dan dibunuh. Jadi kebohongan kedua bahwa bukan karena etnik agama itu salah besar,” papar dia. [SY]