JAKARTA, (Panjimas.com) – Saya kok agak terganggu dengan nalar “sok modern” seolah pembayaran tunai sudah ketinggalan, harus pakai kartu, dll. Bila belajar teori ekonomi, sejatinya tujuan ekonomi adalah “efisiensi” tapi, apa pernah sahabat ku pahami, makna dasar efisiensi selain hal yang bersifat kuantitatif membandingkan input dg output. Ada nilai kualitatif ekonomi yakni “memerdekakan dan menggembirakan Kemanusiaan”, melalui Apa? Kebebasan memilih prioritàs dari banyak alternatif.
“Tahu kenapa Monopoli salah satu yang selalu dihindari dalam perekonomian?, Karena monopoli merampas hak konsumen untuk memilih. Pun, demikian dengan kasus pembayaran Tol harus dengan Kartu dan lain sebagainya, yang tidak memberikan pilihan sama sekali bagi konsumen. Merampas hak Ekonomi paling dasar yakni kebebasan memilih.” Ungkap Dahnil Anzar Simanjuntak, Dosen Keuangan Publik Selasa, (3/10).
Kemudian, sahabat mau bilang. “Kan bebas memilih mau pakai tol atau tidak? Bila tidak mau bayar pakai hartu, jangan masuk tol.”
Lagi, harus Saya jelaskan. Pilihan alternatif pelayanan publik yang layak dan efisien di Indonesia tidak banyak. Sementara Tol adalah barang publik yang dikomersialisasikan, atau seringkali disebut sebagai barang Quasi Publik. Kebijakan membangun Tol sebenarnya, bukan kebijakan demi pelayanan publik yang sejatinya didominasi oleh sikap altruisme (sikap mengutamakan kepentingan publik dibanding kepentingan pribadi atau golongan), bukan egoisme yang berorientasi pada profit.
“Jadi, ditengah kecenderungan pelaku perampasan hak publik melalui orientasi pembangunan jalan Raya berbayar yakni Tol, konsumsen/warga/publik dirampas lagi hak kemanusiaannya dengan tidak bisa memilih membayar dengan kartu atau tunai.”tambahnya.
Bagi manusia bernalar sehat, kemiskinan yang sesungguhnya adalah kehilangan kebebasan untuk memilih.
“Jadi, substansi ekonomi itu menggembirakan kemanusiaan, Bila efisiensi bisa menggembirakan maka let’s take it. Namun, Bila efisensi justru merampas kemanusiaan let’s leave it.” Pungkasnya.[RN]