SUKOHARJO (Panjimas.com) – Ustadz Ahmadi (47), salah satu alumni Ponpes Al Mukmin Ngruki mengalami kecelakaan tertimpa pohon, usai mengisi pengajian dan akan kerumah pamannya yang pulang dari Tanah Suci Mekkah di Solo, Senin (2/10/2017).
Tepat di depan SPBU Jaten, Karanganyar, tiba-tiba pohon dipinggir jalan roboh berbarengan menimpa Ustadz Ahmadi yang sedang mengendarai sepeda motor perjalanan dari Polokarto menuju Solo.
Dalam keadaan pingsan dan luka, Ustadz Ahmadi dibawa beberapa orang yang berusaha menolong ke Rumah Sakit dr. Moewardi, Jebres, Solo. Namun tepat pukul 20:00 WIB, nyawa Ustadz Ahmadi tidak tertolong.
“Dia mau ke Solo sampai Palur ada pohon ambruk hampir bersamaan. Kemungkinan sudah rapuh, saat saya menjenguk ada bekas luka di dahi ada lubang dan muka. Kemungkinan meninggalnya juga di TKP,” kata Warsono tetanga korban yang sempat menjenguk ke RS Moewardi, Selasa (3/10/2017).
Istri Ustadz Ahmadi, Tri Palupi menceritakan kronologi sebelum kecelakaan terjadi. Satu bulan sebelumnya, suaminya sering sekali tilawah Al Quran. Hingga Senin sore bada Magrib dia mengajar kajian salah satu Masjid di Kampung setempat, baru bada Isya pulang kerumah.
“Terus setiap hari jam 3 pagi tilawah sampai subuh. Saya tidak merasa bahwa itu tanda, memang beliau 5 hari bisa khatam sekali jadi sebulan 6 kali. Habis pengajian bada Magrib nunggu dirumah. Saya belanja, sampai magrib nggak ketemu saya. Bada isya’ sepulang ngaji baru ketemu saya,” katanya mengenang.
Tri Palupi meneruskan bahwa almarhum Ustadz Ahmadi ingin mengajak pergi kerumah Pamannya yang habis pulang dari Tanah Suci Mekkah. Karena ada cucunya yang bersilaturrohmi dirumahnya, dia memutuskan tidak ikut pergi ke Solo.
“Saya mau diajak ke rumah pak Dhe yang pulang haji, karena saya nunggu cucu saya, akhirnya suami saya berangkat sendirian. Dia ngomong sama saya, Mi’ bisa jadi saya nanti nggak pulang, ternyata kalimat itu terakhir bagi saya,” katanya sambil meneteskan air mata.
“Saya masih nggak mudeng, firasat itu, karena setengah jam, ada tetangga yang dodoki rumah saya suruh nengok ke RS Muwardi. Ada apa saya pun masih nggak ngeh, ternyata tetanga lain menyiapkan kursi dan tenda. Saya tidak menyangka karena pamitnya juga baik-baik, cium tangan dan wajahnya senyum,” tuturnya.
Tri Palupi berharap suaminya Husnul Khotimah, karena setiap diminta memberikan materi pengajian dan menylarkan ilmunya, Ustadz Ahmadi selalu ringan tangan. “Kalau jadwal tidak bersamaan beliau bisa menyanggupi mengisi pengajian,” ucapnya. [SY]