SOLO, (Panjimas.com) – Pernyataan Presiden Jokowi yang mau gebuk PKI menurut Moedrik M Sangidu belum ada aksi nyata. Justru ketika ada kelompok yang anti PKI malah digebuk. Kesaksiannya di Solo banyak warga keturunan Cina ikut bergabung bersama PKI.
“Hampir tentara di Solo ini PKI, baru datang dari Jawa Barat Resiman Angkatan Darat diberantas, sekarang jadi Kopasus itu. Dan banyak Baperki itu dulu partai yang anggotanya banyak keturunan Cina. Baperki bersatu dengan PKI ikut memberontak. Di Boyolali dan Solo itu banyak warga dibunuh PKI hampir 220 orang,” ucapnya diacara Sarasehan “Akankah PKI Bangkit Lagi? Nyata Atau Propaganda” di Gedung Umat Islam Ahad, (1/10).
Sementara itu, Brigjen purnawirawan Adityawarman mengungkapkan ada dua hal yang diingat pada masa PKI. Dia bersama teman sebayanya sekitar tahun 1955 sudha tidak senang dengan PKI.
“Pada tahun 1955, saya melakukan bersama anak-anak, malam-malam kita turunkan plang-plang PKI. Yang kedua di Magelang saya sedang sakit terjadi pemberontakan PKI tahun 1965. Mereka, PKI itu seperti ilalang tumbuh dimana saja,” ucap dia.
Dikalangan TNI, Aditya mengungkapkan bahwa PKI merupakan bahaya laten yang kapan saja bisa muncul kembali. Ekonomi dan sumber daya alam yang carut marut pengelolaannya, komunis bisa mudah mengatur pemerintahan.
“Senjata terkuat komunis adalah fitnah, adu domba karena sangat mudah dihembuskan di masyarakat bawah. Kemarin di Jogja saya mendengar kekejaman PKI itu ada yang masyarakat di Masjid dikumpulkan, kemudian dibakar masjidnya,” tuturnya.
Untuk menghadang perkembangan PKI, dia berharap umat Islam bersatu melakukan perjuangan memahamkan bahayanya PKI. Sebab umat Islam menjadi benteng terakhir bangsa Indonesia.
“TNI Angkatan Darat saat ini sedang membuat strategi. Karena komunis sedang mencari sasarannya mencabut TAP MPRS, dan dwi kewarganegaraan akan disahkan. Kita lihat mereka lebih kepada leluhurnya, makan hidup di sini hasilnya malah dikeruk untuk Cina,” papar dia yang masih berstatus tersangka kasus makar pada aksi sebelum 212. [SY]