SOLO (Panjimas.com) – Sarasehan akbar digelar DSKS (Dewan Syariah Kota Surakarta) dan GBN (Gerakan Bela Negara) di Gedung Umat Islam, Kartopuran, Solo. Penulis buku “Ayat-ayat yang Disembelih”,Thowaf Zuharon menjadi pembicara kedua, Ahad (1/10/2017).
Acara yang mengambil tema “Akankah PKI Bangkit Lagi? Nyata Atau Propaganda?” Thowaf mengungkapkan bahwa di Kartopuran, Solo ada satu saksi sejarah yang mengalami kekejaman PKI. Dia mengungkapkan bahwa Azhuri, seorang guru ngaji terpaksa merelakan lidahnya disembelih pemuda PKI. Beruntung Azhuri masih hidup usai diculik, meski akhirnya harus merelakan bicara cadel.
Keterangan Thowaf dibenarkan salah satu peserta sarasehan yang duduk dideretan kursi depan. Informasi peserta sarasehan tersebut menyebutkan bahwa keberadaan Azhuri saat ini sudah meninggal dunia.
“Saya sudah menuliskan yang namanya Kartopuran, satu kisah di buku saya berjudul Sejak lidahku disembelih, Aku susah mengaji. Azhuri guru ngaji di Kartopuran pada di tahun 1955 aktif di PII. Memang dia sudah diincar oleh underbow PKI. Dia diculik beberapa pemuda PKI dibawa ke kebun dan hingga kemudian lidahnya disilet. Lama sekali dirawat di rumah sakit hingga dia terpaksa bicaranya cadel,” ujarnya.
Disisi lain, Ustadz Muinudinillah Basri, ketua DSKS (Dewan Syariah Kota Surakarta) mengungkapkan hukum syari untuk menghambat kebangkitan komunis. Umat Islam harus paham siapa walinya dan musuhnya dengan jelas.
“Yang jelas siapa wali kita, siapa panutan kita, untuk menunjukkan bahwa Solo ini mayoritas Islam atau bukan Islam. Bagaimana syariahnya. Allah menjelaskan walinya sekaligus musuh-musuhnya. Wali orang beriman adalah Allah yang menurunkan kitab. Dan sesungguhnya orang kafir itu musuh yang nyata,” ucapnya.
“Orang Islam itu walau sebaik apapun dengan orang kafir, sebaliknya orang kafir itu akan gebukin orang Islam. Orang kafir itu kalau menguasai kalian maka akan memukul kalian dan akan mencacimaki kalian dan ingin kamu itu kembali kafir. Jadi pilihan cuma dua, satu membunuhmu dan kembali kafir. Kalau kalian begitu tidak beruntung selama-lamanya,” jelasnya.
Dia meminta umat Islam melakukan peran memilih pemimpin muslim dari kalangan yang beriman. Sebagaimana musuh Islam telah bersatu melakukan perlawanan terhadap gerakan umat Islam selama ini.
“Umat Islam ini masalahnya, kita serius mendengarkan pengajian atau serius mengamalkan pengajian. Kalau Presidennya diganti nanti yang ontran-ontran itu otomatis harus diganti. Maka saya memberi solusi bahwa umat Islam harus memilih Presidennya dari Umat Islam yang mendukung Islam. Kita nggak usah nyalahkan siapa-siapa yang penting kita bersatu,” pungkasnya.
Dalam acara tersebut panitia menggelar pameran foto-foto sejarah tentang aksi kebiadaban PKI di Indonesia. Hal ini diharapkan menjadi pengingat kembali bentuk kekejaman komunis yang pernah menjadi partai besar di Indonesia. [SY]