KARAWANG, (Panjimas.com) – Pada hari Sabtu (30/9/) KH. Cholil Nafis selaku Ketua Divisi Dakwah MUI datang memenuhi undangan acara Lailatul Ijtima’ Pengurus Cabang NU Karawang. Acaranya meriah dihadiri oleh hampir seribu jemaah. Acara digelar di halaman Masjid. Namun seusai istighatsah dan sedang acara sambutan, hujan turun deras. Maka terpaksa acara dipindahkan ke dalam masjid.
“Temanya menarik, yaitu tentang semangat hijrah membela NKRI dan dasar negara pancasila. Ternyata tema nasionalisme tak pernah usang di kalangan warga nahdliyin. Bahasa mereka, NKRI adalah harga mati. Seraya saya menyampaikan, baiknya NKRI itu harga hidup,” ujar Kyai Nafis
Mengapa Kyai yang memiliki banyak jamaahnya di daerah daerah ini mengatakan demikian? Ternyata sebab menurutnya, kalau mati tak perlu harga, tak perlu perjuangan dan tak perlu berani. Semua orang lama lama juga akhirnya akan mati. Hal yang sulit adalah pasukan berani hidup, karena jasa-jasa nya ia selalu hidup dalam memberi manfaat kepada umat. Maka hal seperti ini selalu butuh perjuangan.
“Seperti Kiai Hasyim Asy’ar tak akan pernah wafat selama masih ada pengikut NU karena selalu disebut dan dikenangnya. Demikian juga Imam Syafi’ yang hanya hidup 54 (150 -204 H) tak pernah lenyap namanya selama masih yang mengkuti mazhabnya. Ia hidup selamanya,” ujar Cholil Nafis
Jasa yang selalu hidup dari para pahlawan kemerdekaan adalah warisan NKRI berdasarkan pancasila. Jeriyahnya ialah pilihan sistem negara yang menempatkan agama dan negara bagaikan saudara kembar bahkan bagai dua sisi mata uang. keduanya tak bisa dipisahkan krn saling menyempurnakan. Agama memberi nilai keadaban sedangkan negara untuk menciptakan keteraturan.
“Sebenarnya negara ini sudah mengikuti sunnah Nabi SAW. Sebagaimana termaktub dalam shahifah madinah (piagam Madinah), bahwa warga negara Indonesia berkomitmen untuk bersama dalam kebhinnekaan. Sebagaimana Rasulullah Saw dalam membentuk negara Madinah,” tutur Cholil Nafis
Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalam negara yang islami. Sebab menurut Al Mawardi dqlam kita Al-Ahkam Al-Sulthaniyah menyatakan, negara Islami itu manakala kepemimpinannya mengemban misi kenabian yang berdiri untuk memelihara keutuhan beragama dan menciptakan keteraturan di dunia (al imamatu maudhu’atun likhilafatin nubuwah fi hirasatiddin wa siasatiddunya).
“Negara Indonesia berdasarkan pancasila adalah harga hidup dan harga mati. Artinya, selama masih berdiri negara Indonesia harus berdasarkan Pancasila demi keutuhan NKRI dan kita siap memperjuangkannya sampai detak jantung menjemput kematian,” pungkasnya. [ES]