DHAKA, (Panjimas.com) – Hafsa bersama 10 keluarganya terusir dari tanah kelahirannya. Di usia 17 tahunnya, ia tengah mengandung anak pertamanya dan tinggal di camp pengungsian di Cox’s Bazar yang penuh keterbatasan. Tanpa selimut dan pakaian hangat yang layak.
“Kita sama-sama berikhtiar berikan dukungan moril dan materil kepada mereka untuk kehidupan yang lebih baik bagi semua masyarakat Rohingya,” ungkap dr. Rosita Rivai, aktivis kemanusiaan Dompet Dhuafa bidang kesehatan untuk pengungsi Rohingya, melalu pesan video kepada tim jurnalis Dompet Dhuafa. Sabtu, (30/09).
Tiga hari terakhir, tim medis kembali menggelar inspeksi atas kesehatan pengungsi. Target kali ini adalah untuk pengecekan kesehatan dan pendampingan ibu hamil di pos pengungsian. Setidaknya terdapat 20 ibu hamil di pos pengungsian dengan berbagai kondisi fisik maupu psikologis yang kritis.
Harapan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik kedepannya, menjadi gantungan hampir semua ibu hamil saat bayinya dilahirkan nanti. Serasa, 20 calon bayi yang tengah dikandung ibu-ibu tangguh etnis Rohingya tersebut, menjadi pembawa keberkahan bagi semua saudaranya yang tengah menjadi korban konflik. Karena menurut laporan, enam bulan terakhir tercatat 150 bayi etnis Rohingya lahir di camp pengungsian setiap bulannya.
“Pagi ini, kami dari Dompet Dhuafa dan tim kemanusiaan lainnya yang mendapat dukungan penuh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kembali bergerak untuk melakukan pengecekan kepada ibu-ibu pengungsi yang tengah mengandung. Pengecekan dan pendampingan kedepannya untuk ibu hamil di pengungsian sangatlah penting. Demi menjamin persalinan yang sehat bagi si ibu dan bayinya. Ini menjadi salah satu fokus program Dompet Dhuafa untuk mereka. tambah Rosita.
Selain melakukan pengecekan kesehatan dan kandungan, tim kemanusiaan Dompet Dhuafa juga membagikan paket hygine kit dan baby kit. Karena satu yang harus tetap dibantu dan dijaga, kebersihan dan kesehatan ibu hamil begitu penting bagi kelanjutan kedepannya.
Sinergi penuh tim kemanusiaan Dompet Dhuafa, IDI, dan organisasi kemanusiaan lainnya tentu menjadi salah satu harapan kuat para pengungsi untuk kehidupan yang lebih baik. Atas uluran kebaikan kita semua, semoga bayi-bayi yang tengah berada di kandungan ibu-ibu tangguh Rohingya, terlahir sebagai pembawa keberkahan dan kedamaian. [RN]