MEDAN, (Panjimas.com) – Senin-Selasa, 25-26 September 2017, Tim Dewan Dakwah membersamai ratusan pengungsi Rohingya dari Negara Bagian Arakan, Myanmar (Burma), di Medan.
Selama dua hari itu, Tim yang terdiri dari personil Dewan Dakwah Sumatera Utara, Aceh, dan LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional) Dewan Dakwah Pusat, menggelar kompetisi futsal, penyuluhan kesehatan, pembagian sembako dan bingkisan, serta pengadaan sarana ibadah.
Pertandingan futsal pada Senin pagi hingga siang, diikuti 36 peserta dari Kamp Pelangi dan Beraspati. Kedua kamp berada di Jalan Jamin Ginting, Kelurahan Simpang Selayang, Medan Tuntungan. Laga olahraga dilaksanakan di lapangan futsal sewaan di dekat kamp yang biasa mereka gunakan.
Sorenya, Tim membagikan hadiah untuk semua partisipan dan pemenang laga futsal. Juga memberikan bantuan sembako untuk 41 keluarga pengungsi di Pelangi. Anak-anak pengungsi yang berjumlah 63 bocah, pun kebagian bingkisan. Sedang para bujangan, turut tersenyum karena mendapat tambahan uang saku.
Di hadapan pengelola kamp, tokoh pengungsi, dan perwakilan warga kamp, Dokter H Delyuzar memberikan tips menjaga kesehatan kamp. ‘’Kamp seperti ini rawan penyakit. Harus menjaga kesehatan pribadi, keluarga, dan lingkungan,’’ kata Wakil Ketua Dewan Dakwah Sumatera Utara yang sebelumnya sempat melihat-lihat kondisi pengungsian Pelangi.
Selasa esok harinya, Tim Dewan Dakwah mengunjungi kamp Beraspati, tak jauh dari Pelangi. Di sini, Tim menyampaikan bantuan paket sembako untuk puluhan keluarga pengungsi, juga bingkisan untuk 24 anak. Para bujangan yang berjumlah 30 orang juga kebagian uang saku.
Anggota Tim dari Aceh, Daniel Rinanda, sempat menguji hafalan surat pendek anak-anak. ‘’Bagus, luar biasa,’’ puji vokalis nasyid ‘’Skala’’ Banda Aceh ini setelah menyimak suara para bocah. Tak hanya hafal konten surat, mereka juga hafal jenis surat Makkiyah atau Madaniyah, dan jumlah ayat masing-masing. ‘’Guru ngaji mereka bagus cara mengajarnya,’’ kata Ustadz M Rodhi, anggota Tim dari Medan.
Kamp Beraspati memiliki mushola dari tenda plastik. Alasnya berupa karpet, dilengkapi kipas angin. Melihat belum ada fasilitas sound system, Tim Dewan Dakwah menyerahkan megaphone untuk mushola. Zubar, salah satu penghuni kamp, langsung memanfaatkannya untuk menggemakan adzan Dhuhur.
Tim kemudian bergerak ke kamp Pasar III Jalan Padang Bulan, Medan. Bantuan diberikan untuk 18 keluarga, beberapa bujangan, dan 50-an anak-anak.
Selain dari Arakan, di kamp ini ada beberapa pengungsi dari Suriah, Iran, dan Afghanistan.
Kamp terakhir yang dikunjungi Tim Dewan Dakwah adalah Kamp Top Inn, di Jalan Flamboyan Raya, Kel Tanjung Selamat, Kec Medan Tuntungan. Kondisi penampungan ini mirip Kamp Beraspati. Warga tinggal di bilik-bilik yang separo berdinding tembok dan separo triplek. Kipas angin jadi sarana peredam panas ruangan.
Barak ini dihuni hampir 20 keluarga, dengan 34 anak-anak. Senang betul para bocah mendapat hadiah es krim yang ditraktir Tim. Seorang bocah tiga tahun yang kepalanya penuh benjol koreng, dengan lahapnya menjilati es krim, tanpa merasakan sakit.
Muhammad Yunus, seorang pengungsi asal Arakan yang sudah enam tahun tinggal di Indonesia, menuturkan, para pengungsi Rohingya di Medan ada yang baru tiba tahun 2016. Sebelumnya, mereka ditampung di Aceh.
‘’Sebagian lagi sudah tinggal di sini sejak 2011, termasuk saya,’’ kata pria 40 tahun yang menikahi gadis asal Makassar pada 2016.
Selain Yunus, ada beberapa pria pengungsi yang menikahi gadis Indonesia. Misalnya Zubar, yang menjadi koordinator warga kamp Beraspati.
Selama di pengungsian, warga Rohingya ini mendapat tunjangan dari lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa yang mengurusi migrasi (IOM = International Organization for Migration). Besarnya, Rp 1,25 juta untuk dewasa, dan Rp 500 ribu/anak.
Di luar itu, para pengungsi berterima kasih atas bantuan Bangsa Indonesia, termasuk yang dibawakan Tim Dewan Dakwah.
‘’Kami di sini tidak boleh bekerja mencari uang, jadi sangat berterima kasih atas bantuan saudara-saudara dari Indonesia,’’ kata Yunus mewakili kaumnya. [RN]