ISTANBUL, (panjimas.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin hari Senin (25/09) lalu melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon, menurut sumber kantor kepresidenan Turki
Kedua pemimpin dunia itu membahas persoalan seputar Irak dan Suriah.
Erdogan dan Putin berbicara tentang pertemuan tatap muka yang dijadwalkan pada hari Kamis (28/09) di ibukota Turki Ankara, di mana keduanya akan membahas hubungan bilateral dan pembangunan regional, kata sumber kepresidenan Turki tersebut, yang berbicara secara anonim, dikutip dari Anadolu.
Erdogan dan Putin juga bertukar pandangan mengenai proses perundinga Astana mengenai konflik Suriah dan referendum Kurdi Senin (25/09) mengenai pemisahan wilayah Kurdi di Irak Utara, yang telah menimbulkan kecaman luas dunia internasional.
Sumber kepresidenan tersebut mengatakan bahwa Presiden Erdogan menekankan pentingnya integritas teritorial Irak dan Suriah.
Pada hari Senin (25/09), warga Irak di daerah yang berada di bawah kendali Pemerintah Daerah Kurdistan, Kurdish Regional Government (KRG) serta wilayah-wilayah yang dipersengketakan antara Baghdad dan Erbil menggelar pemilihan dalam sebuah referendum mengenai apakah mereka akan memisahkan diri dari Irak atau tidak.
Baghdad, Turki, Iran, A.S. dan PBB telah berbicara menentang digelarnya referendum Kurdi tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu hanya akan mengalihkan perhatian dari operasi peperangan terhadap Islamic State (IS) dan selanjutnya memicu situasi kawasan tersebut menjadi tidak stabil.
Pemerintah Pusat Irak telah mengancam akan melakukan intervensi secara militer jika suara tersebut mengarah pada situasi kekerasan.
Presiden KRG (Kurdish Regional Government) Masoud Barzani menegaskan kemenangan “Yes” tidak akan menghasilkan deklarasi kemerdekaan secara otomatis namun hanya akan mengarah pada perundingan lebih lanjut dengan Baghdad.[IZ]