BANDUNG (Panjimas.com) – Forum Jurnalis Muslim (FORJIM) meminta rezim pemerintah Myanmar diseret ke mahkamah internasional untuk mempertanggungjawabkan pelanggaran HAM berat terhadap etnis Rohingya. Hal tersebut ditegaskan Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi FORJIM, Dudy S Takdir
“Kami mendesak agar pemerintah militer dan sipil Myanmar yang dipimpin oleh Komandan Militer Jenderal Min Aung Hlaing dan Perdana Menteri Aung San Suu Kyi diseret ke Mahkamah Internasional atas tuduhan melakukan etnic cleansing,” kata Dudy pada Tabligh Akbar untuk Rohingya di Masjid Nurul Huda, Cijerah Kota Bandung, Ahad (24/9/2017)
Lebih lanjut dia menjelaskan, Jenderal Min Aung Hlaing bertanggung jawab, karena dia memerintahkan tentara Myanmar melakukan tindak kekerasan dan pembunuhan terhadap etnis minoritas Rohingya di negara bagian Rakhine. Sedangkan Aung San Suu Kyi, harus dituntut karena diduga melakukan pembiaran terhadap kekerasan yang terjadi.
“Bahkan pada pidatonya di televisi nasional Myanmar pada 19 September lalu, Suu Kyi juga telah melakukan kebohongan dengan menyatakan sejak 5 September tidak ada lagi kekerasan yang dilakukan tentara,” ungkapnya.
Dudy merinci tindak pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh tentara Myanmar. Dalam data yang dirilis tim pencari fakta PBB, militer ditemui memberi stempel pada bayi Rohingya saat bayi itu baru lahir. Selain itu militer juga membunuh bayi yang menangis karena haus ketika mereka memerkosa ibu si bayi, dan mereka nembak anak-anak dari belakang saat bocah-bocah itu lari dari desa yang terbakar.
“Bukti-bukti itu sudah lebih dari cukup untuk menyeret mereka ke mahkamah internasional. Selain itu sekarang kita bisa menyebut militer Myanmar adalah tentara yang paling pengecut, karena mereka menembak anak-anak dari belakang,” katanya geram.
Redaktur Eksekutif AHAD.CO.ID itu juga meminta Organisasi Kerjasama Islam (OKI) melakukan tindakan nyata untuk membela Muslim Rohingya, tidak hanya sekadar mengecam.
“Kalau hanya mengecam, anak kecil pun bisa. Kita menunggu tindakan yang lebih berani dari negara-negara anggota OKI. Misalnya mereka bisa memainkan teknik hard diplomasi untuk memaksa Myamnar menghentikan kekejian,” kata dia.
Untuk itu dia mengajak masyarakat Indonesia meningkatkan kepedulian terhadap Muslim Rohingya, kendati di dalam negeri masih banyak persoalan yang harus diselesaikan.
“Mari buktikan kalau muslim itu bersaudara, persaudaraan kaum muslimin menembus batasan geografis dan etnis. Buktikan kepada dunia kalau Indonesia dapat menjadi saudara tua Rohingya. Kita bantu mereka dengan segenap daya dan upaya,” tutupnya.(dst/des)