PURWOKERTO, (Panjimas.com) – Salah satu instrumen ekonomi dalam Islam yang belum banyak mendapat perhatian serius adalah wakaf. Pengelolaan wakaf belum optimal seperti instrumen yang lain layaknya zakat, infaq, dan sedekah.
Ustadz Ahmad Shonhaji sebagai praktisi wakaf produktif dan selaku founder gerakan #YukWakaf bersinergi dengan Dompet Dhuafa menggulirkan Training for Trainer (TfT) #YukWakaf. TfT merupakan salah satu program yg diikhtiarkan oleh gerakan #YukWakaf untuk melakukan kampanye edukatif kepada para relawan #YukWakaf guna bersama menggugah kesadaran masyarakat untuk berwakaf. Kegiatan tersebut dihelat pada hari Jumat, 22 September 2017 bertempat di hotel Meotel Purwokerto, Jawa Tengah dan diikuti oleh lebih dari 50 orang relawan.
Dalam sambutannya, Ibu Titi selaku perwakilan Dompet Dhuafa Jawa Tengah menyampaikan kepada para peserta guna terlibat aktif bersama lembaga kemanusiaan dan masyarakat mensyiarkan pentingnya wakaf produktif dalam membangun ekonomi ummat.
Overview gerakan #YukWakaf disampaikan oleh Bayu Candra Winata selaku Tim #YukWakaf. Dia mengatakan bahwa gerakan ini harus melibatkan banyak masyarakat dan relawan. Hal ini agar syiar wakaf mampu menjadi gerakan bersama dalam menggugah kesadaran kolektif pentingnya wakaf produktif dan bermanfaat untuk pembangunan ekonomi ummat.
Lebih jauh, Ustadz Shonhaji selaku Praktisi Wakaf Produktif menyampaikan bahwa kita harus bahagia melalui wakaf. Beliau menuturkan bahwa wakaf merupakan pahala yang mengalir abadi.
“Oleh karena itu, konsep pengelolaan wakaf harus produktif dan modern. Prinsipnya adalah tahan pokoknya, alirkan hasilnya. Salah satu contoh pengelolaan wakaf produktif antara lain Hotel Utsman bin Affan, yang pada mulanya adalah wakaf sumur yang dibeli dari orang yahudi pada zaman Rasulullah SAW. Jadi, wakaf ini tidak main2, tapi kalo diproduktifkan pengelolaan nya maka akan sejahtera ummat. Kita punya PR serius yg harus kita tunaikan di Indonesia berkaitan dengan potensi wakaf.” tutur Shonhaji.
Potensi tanah wakaf besarnya mencapai 4,4 milyar m2. Dan itu belum produktif. Belum potensi wakaf uang, dan produk2 wakaf yang lainnya.
Peserta tidak hanya diajak memahami konsep tentang wakaf. Mereka juga diajak untuk berdiskusi tentang bagaimana mengelola wakaf agar produktif.
Sunarto selaku Tim Penghimpunan Wakaf Dompet Dhuafa menjelaskan tentang best practice dompet dhuafa dalam mengelola wakaf secara produktif.
“Dari pengelolaan wakaf produktif di bidang pertanian, kebun, property, rumah sakit, sampai pendidikan. Aset wakaf tidak boleh mangkrak, harus dikelola produktifkan agar semakin banyak memberi manfaat bagi ummat.” kata sunarto.
Selain pencerdasan dan pencerahan berkenaan tentang wakaf produktif, peserta juga diajak untuk melakukan simulasi TfT #YukWakaf, dimana para peserta mempraktekkan kampanye wakaf kepada masyarakat nantinya. Saatnya #YukWakaf. [RN]