SUKOHARJO (Panjimas.com) – Video Muslimah yang viral saat berdakwah dihadapan pemuda karang tarunanya di kampung Sonorejo, Grogol, Sukoharjo, saat Aniversari pada Sabtu (16/9/2017) lalu, mengungkap kronologi hingga rumahnya digruduk gerombolan orang.
Muslimah yang bernama Siti Aminah tersebut merupakan ibu ketua Rukun Warga (RW) 3 di kampung setempat. Niat baiknya adalah menjaga kerukunan warganya dan membentengi perilaku buruk pemudanya, justru mendapat teror sekelompok orang dari luar daerah. Mereka tidak terima dengan isi unggahan video dakwah Ibu RW tersebut.
“Karang taruna mengadakan peringatan acara ulang tahun, perkumpulannya, namanya Merak Ati. Ketika saya tanya, katanya mau mengadakan Fashion Show, ternyata acara yang kedua Campursari. Campursari itu ditutup-tutupi karena mereka mungkin mengerti kalau saya itu tidak mendukung acara campursari,” kata kepada Panjimas, Jumat malam (22/9/2017).
Siti Aminah yang berusaha memahamkan masyarakat dan menjaga pemuda dari kerusakan mental dan perilaku itu mengaku risih jika acara musik kampung selalu diikuti dengan perbuatan tidak senonoh dan bahkan mabuk-mabukan.
“Dulunya itu campursari ditempat orang yang punya kerja (hajatan-red) itu heboh. Bukan campursari lagi tapi campur saru. Ada yang joged, ada yang nyawer masuk kesini (mununjuk bagian dada-red). Tapi daerah sini tidak ada yang mabuk, ataupun judi mas. Allhamdulillah,” ungkap dia.
Bu RW yang gemar berdakwah di Kajian An Nisa kampung setempat dengan anggota sekitar 100 orang, sudah sering mengingatkan bahwa acara Campursari sering diikuti penyanyi mengumbar aurat dan penonton nyawer sambil pegang-pegang sang penyanyi wanita dengan disaksikan banyak orang.
“Acara itu saya lihat sudah nggak benar. Yang membuat saya agak emosi, saya langsung nyut berdiri, suami saya itu sebagai RW kok sampai tidak diberitahu ada acara seperti itu. Saya disepelekke, ditannya kok pada tidak jujur, tapi sebenarnya saya yakin di acara Karang Taruna itu tidak semuanya jelek seperti itu mas,” ucapnya.
Ia meyakini bahwa pemuda Karang Taruna tidak semuanya berperilaku buruk. Hal itu terbukti saat membaca pesan WA memang banyak yang mencacimaki dengan dakwahnya. Tapi ada juga yang memberikan gambar jempol tanda setuju aksinya.
“Mungkin ada orang-orang yang baik. Ternyata benar, saya menyimpulkan itu, ketika paska kejadian itu, pas pada pulang semua, di WA saya itu banyak yang mencaci, tapi ada satu pemuda kecil yang dia itu mengacungkan jempol kepada saya, semangat Bu, dari karang taruna ini,” imbuhnya.
“Acara pertama fashion show selesai, penyanyinya waktu itu belum merias diri tapi ada yang terbuka dadanya. Karena memang saya sudah disepelekan dulu, trus nyut gitu. Pada saat protokol bilang, inilah saat-saat yang kita tunggu tunggu campursari. Penyanyinya pada menempatkan posisi, saya datang duluan. Micnya saya ambil dan saya pidato seperti di video tersebut,” tandasnya.
Dia, jauh sebelumnya juga meminta dakwah tersebut disampaikan para Ustadz kampung setempat di khutbah Jumat dan pengajian. Tapi memang menyampaikan kebenaran tidak mudah.
“Saya itu sebenarnya sudah mengingatkan di forum-forum, pertama di An Nisa, saya tidak putus asa. Ustadz yang asli kelahiran sini, saya mintai tolong di khutbah-khutbah untuk ikut mendakwahkan. Jadi mereka itu diingatkan tidak cuma satu kali kan mas, berulang-ulang. Tiap khutbah ada isian seperti itu, saya minta tolong 3 ustadz. Maksud saya untuk perbaikan moral desa sini,” terangnya.
Karena sebab itulah, pada malam tersebut, segerombolan orang mendatangi rumah Siti Aminah. Mereka mengaku dari kelompok Seniman Mojopolo (Mojolaban-Polokarto) dan berjanji akan mendatangkan massa lebih besar dari luar daerah. Kedatangan mereka membuat takut anak-anak Siti Aminah dan terpaksa harus diungsikan. Keamanan dan kenyamanan warga Kampung Sonorejo pun terusik. [SY]