SOLO (Panjimas.com) – Tokoh masyarakat Solo, Moedriek Sangidoe mengatakan TAP MPRS No XXV/1966 tentang pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) pernah diminta dicabut oleh neo komunisme pada masa Gus Dur.
Moedriek mengaku aneh manakala kelompok anti komunis memprotes kegiatan PKI justru malah digebuk. Padahal Presiden sudah perintahkan untuk gebuk PKI jika muncul.
“PKI memang secara umum sudah dibubarkan, tapi kenyataan masih ada. Apakah simpatisan atau keturunan PKI kan sekarang kelihatan. Tahun 2001, Gus Dur pernah mau mencabut TAP MPR itu,” katanya saat ditemui di rumahnya Kartopuran, Serengan, Solo, Kamis (21/9/2017).
Saksi hidup pada massa penumpasan Gerakan 30 September (G30S / PKI) itu mengaku segera mendirikan gerakan anti PKI. Hal itu untuk menghadang kebangkitan komunis yang mencari simpati pada era Gus Dur.
“Bersama pak Ustman kami langsung deklarasi Front Anti komunis. Yang hadir ada pak Amin Rais, Yusuf Hasyim, dan Hamzah Has. Yang jadi ketua presidium Fron Anti komunis ketuanya saya sendiri dan sekjennya pak Ustman Aminudin,” ungkapnya.
Lebih lanjut, terkait pemutaran film PKI yang didengungkan saat ini membuat kecewa beberapa pihak. Bahkan Presiden Jokowi menginginkan versi terbaru. Moedriek menilai hal ini sesuatu yang aneh.
“Termasuk Jokowi yang inginkan versi baru, ini kan aneh. Jokowi sendiri katanya PKI mau digebuk tapi kenyataannya malah Ustadz Alfian Tanjung yang nyata-nyata anti komunis malah dipenjara. Jokowi juga bilang bahwa TNI dan Polri tidak boleh sweeping PKI ini aneh. Tetapi menangkapi ulama boleh apa begitu,” ujar dia. [SY]