PARIS, (Panjimas.com) – Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Rabu (20/09) menjadi pemimpin dunia terakhir yang menegaskan terjadinya pembunuhan Muslim Rohingya di Myanmar sebagai “genosida”.
“Perancis akan bekerja sama dengan mitranya di Dewan Keamanan PBB untuk mengambil inisiatif agar PBB mengutuk pembersihan genosida dan etnis yang terus berlanjut,” tegas Macron dalam sebuah wawancara dengan TMC di New York.
Dalam pidato pertamanya dalam sidang Majelis Umum PBB pada hari Selasa (19/09), Macron menggunakan kata-kata “pembersihan etnis” untuk menggambarkan pembunuhan massal Rohingya di negara bagian Rakhine, negara bagian di wilayah Barat Myanmar itu, dikutip dari AA.
“Kami harus mengutuk pembersihan etnis yang sedang berlangsung dan bertindak,” imbuhnya dalam wawancara dengan TMC, Rabu (20/09).
Sejak 25 Agustus, lebih dari 421.000 penduduk Rohingya terpaksa menyeberang dari Rakhine ke Bangladesh, menurut PBB.
Sementara Militer Myanmar mengatakan bahwa mereka hanya menargetkan gerilyawan Rohingya, al-Hussein mencemooh pernyataan tersebut, dengan mengatakan bahwa citra satelit dengan jelas menunjukkan bahwa Militer Myanmar membakar desa-desa Muslim Rohingya.
Para pengungsi Rohingya terpaksa melarikan diri dari operasi keamanan militer di mana pasukan keamanan dan gerombolan ektrimis Buddha membunuhi pria, wanita dan anak-anak Rohingya, menjarah rumah dan bahkan membakar desa-desa Muslim Rohingya.
Menurut pemerintah Bangladesh, sekitar 3.000 Muslim Rohingya dibantai dalam tindakan kekerasan Militer Myanmar tersebut. [IZ]