Cox’s Bazar (Panjimas.com) – Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengabarkan, sekitar 370.000 warga Rohingya telah melarikan diri dari kekajaman Myanmar dan memasuki Bangladesh sejak sejak 25 Agustus 2017.
Joseph Tripura, juru bicara badan pengungsi PBB, kepada AFP, mengatakan, jumlah pastinya bisa lebih tinggi karena banyak pendatang baru masih dalam perjalanan, yang menyulitkan untuk memasukkan mereka dalam penghitungan.
Jumlah itu terkait dengan lonjakan semalam dari angka 313.000 pada Senin, hingga sejumlah besar yang sekarang bergerak dari pinggir jalan menuju kamp, sehingga mereka dapat dihitung dengan mudah.
Komunitas minoritas muslim Rohingya telah lama mengalami diskriminasi di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, yang menolak kewarganegaraan mereka. Kamp pengungsi dan permukiman sementara di Bangladesh dekat perbatasan Myanmar sudah menampung sedikitnya 300.000 warga Rohingya sebelum lonjakan aksi kekerasan terbaru, dan sekarang sudah benar-benar kewalahan.
Pada 25 Agustus, Syed Karim, pria Muslim Rohingya yang berusia 26 tahun itu meninggalkan rumahnya di sebuah desa di wilayah Myanmar dekat perbatasan. Ia melarikan diri dari aksi penumpasan oleh militer terhadap komunitasnya sebagai balasan terhadap serangan-serangan oleh kelompok militan.
Sekitar 370.000 orang Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak saat itu. Mereka menyelamatkan diri ke wilayah penyangga sepanjang perbatasan dan sekarang tak bergerak. Pasukan Bangladesh mempunyai instruksi untuk tak membiarkan mereka masuk, kata Monzurul Hassan Khan, seorang perwira penjaga perbatasan Bangladesh.
Sejumlah orang Rohingya di sana mengatakan mereka takut sekali kembali ke rumah-rumah mereka tetapi tak siap menjadi pengungsi di Bangladesh. Zona penyangga seluas 16,2 hektare itu dipagari kawat berduri di sisi Myanmar dan anak sungai di sisi lainnya. Ratusan gubuk dari bambu dan tertutup terpal bermunculan di lahan yang biasa digunakan sebagai sawah, dengan perbukitan di sebelah selatan. Khan mengatakan antara 8.000 – 10.000 orang Rohingya telah mengungsi di sana.
Badan yang mengurusi pengungsi PBB, yang mengelola kamp-kamp di Bangladesh, tidak pergi ke sana karena alasan-alasan keamanan, kata Vivian Tan, wanita juru bicara UNHCR. Myanmar telah menanam ranjau di perbatasan di sisi wilayahnya, yang melukai sedikitnya empat orang.
Myanmar yang mayoritas penduduknya pemeluk Buddha mengatakan pasukan keamanannya melakukan kampanye sah melawan “para teroris” yang dipersalahkan melancarkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, seperti dilaporkan Reuters. (desastian)