JAKARTA (Panjimas.com) – Organisasi Dakwah Thoriquna menggelar Tabligh Akbar “Rohingya Panggilan Jihad Akhir Zaman” di Masjid Sa’id Na’um, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad (10/9/2017) pagi, sekaligus menggalang donasi Peduli Muslim Rohingya.
Hadir sebagai narasumber dalam Tablig Akbar tersebut, Ustadz Ziyad Muhammad, Lc (Pembina Hamas Tenabang), Ustadz Nuim Hidayat, M.Si (Ketua Divisi Hubungan Antar Lembaga Forjim), dan Ustadz Mukhlis (aktivis gerakan Islam).
Dalam tablighnya, Ustadz Mukhlis mengatakan, dalam membangun peradaban Islam ditentukan oleh dakwahnya para ulama dan darahnya para mujahid. Nabi Muhammad Saw pernah ditanya salah sahabatnya, amalan apa yang bisa memasukkan seseorang ke dalam surga dan dijauhkan dari azab neraka? Nabi Saw menjawab, puasa sebagai benteng, shodaqoh jariyah yang dapat menghapuskan segala kesalahan, dan shalat di sepertiga malam.
“Puncak dari semua amal adalah jihad membela kaum muslimin yang tertindas dan dizalimi, seperti yang dialami saudara kita Muslim Rohingya. Seperti kita ketahui, Muslim Rohingya telah dibantai dan diusir oleh Pemerintah dan militer Myanmar dengan cara yang amat keji,” kata Ustadz Mukhlis.
Lebih jauh, Ustadz Mukhlis menjelaskan hadits Nabi Saw tentang kondisi umat Islam di akhir zaman. “Kalian kaum muslimin akan diperebutkan oleh umat-umat lain seperti orang-orang yang memperebutkan makanan (hidangan) yang ada di hadapannya.”
Kami (para sahabat) bertanya, “Apakah dikarenakan jumlah kita sedikit? wahai Rasulullah? Nabi menjawab: “Tidak, bahkan jumlah kalian banyak. Namun kalian seperti buih di lautan, sungguh Allah akan mencabut rasa takut dari hati musuh-musuh kalian, dan sungguh Allah akan memasukan penyakit Wahn didalam hatimu. Kami bertanya, “Apakah penyakit Wahn itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Maka benarlah perkataan Nabi saw tentang kondisi umat Islam di akhir zaman ini. “Jumlah kita sangat banyak, tapi nasibnya seperti mangsa yang diterkam dan dicabik-cabik. Ketika penyaki cinta dunia dan takut mati ada pada umat Islam, benarlah umat Islam seperti orang-orang yang memperebutkan makanan (hidangan) yang ada di hadapannya,” ujar Ustadz Mukhlis.
Ingatlah ketika Pasukan Islam berjumlah sedikit bisa mengalahkan pasukan tentara yang banyak. Boleh dikatakan jumlah pasukannya sangat tidak seimbang. Dalam Perang Mu’tah, pasukan kafir berjumlah 200.000, sedang pasuka Islam hanya 3000 saja. Namun, walau jumlahnya sedikit, pasukan Islam bisa memenangkan pertempuran. Saat peran, kau kafir banyak yang mati konyol, jumlahnya mencapai 20.000, sedangkan pasukan muslim hanya 12 orang saja yang gugur (syahid).
“Meski jarak Indonesia dengan Myanmar sangat jauh, tapi sebagai muslim hendaknya bisa merasakan penderitaan yang dialami saudara Muslim Rohingya. Ingatlah Rasulullah Saw pernah bersabda: “Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin maka bukanlah golongan kaum muslimin.” (HR. Muslim).
Dalam hadits lain Rasulullah Saw mengingatkan:“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR. Muslim)
Ustadz Mukhlis menegaskan, seharus Pemerintah Indonesia memberikan tekanan yang lebih kuat kepada Pemerintah Myanmar untuk menghentikan genocide, pembunuhan dan pengusiran terhadap Muslim Rohingya.
“Selain mendoakan, kita harus memikirkan nasib Muslim Rohingya, bagaimana harus makan,.bagaimana obat-obatannya dan bagaimana tempat tinggal mereka, agar Muslim Rohingya merasa terlindungi, hidup nyaman dari kejaran tentara Myanmar yang barbar,” ungkap Ustadz Mukhlis.
Dalam pengumpulan donasi kemanusiaan, telah terhimpun uang dari jamaah umat Islam Masjid Said Nuum, Tenabang, dengan total Rp. 12 juta lebih. (desastian)