SOLO (Panjimas.com) – The Islamic Study and Action Center (ISAC) menilai bahwa pengamanan yang dilakukan aparat kepolisian saat aksi solidaritas Rohingya di Masjid An Nur Magelang sangat over acting, Ahad (10/9/2017).
Sekjen ISAC, Endro Sudarsono mencatat bahwa aksi Solidaritas Peduli Rohingya di Masjid An Nur Sawitan Borobudur Magelang pada hari Jumat tanggal 8 September 2017 agenda sholat Jumat berjamaah, Tausyiah, doa dan Penggalangan Dana, dijaga oleh aparat Kepolisian berkekuatan sekitar 2500 personel.
“Namun disebagian peserta dibuat tidak nyaman dengan sikap sebagian polisi yang menahan perjalanan peserta, mengamankan bendera tauhid hingga memblokade jalan menuju masjid An Nur Magelang,” ujarnya.
Pada dasarnya, Negara Republik Indonesia menjamin kebebasan beragama setiap orang dan hak setiap orang untuk beribadah sesuai dengan agamanya. Endro menjelaskan Pasal 28 E ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, pasal 29 ayat 2, dan Pasal 22 UU HAM mengatu kebebasan beribadat menurut agamanya masing-masing.
“Sementara itu, bagi orang yang menghalang-halangi kegiatan ibadah yang dilakukan di tempat ibadah, dapat dijerat dengan Pasal 175 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan merintangi pertemuan keagamaan yang bersifat umum dan diizinkan, atau upacara keagamaan yang diizinkan, atau upacara penguburan jenazah, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan,” imbuhnya.
Belajar dari pengamanan kegiatan 411 dan 212 di Jakarta, pengamanan aksi 8 September 2017 (Aksi 809) seolah terulang lagi bahkan lebih ketat. Kata Endro aksi tersebit bisa dikatakan peserta kali ini lebih heroik.
“Ada peserta harus terpaksa jalan kaki, susur sungai, lewati jembatan setapak, jalan tikus, merasakan pemeriksaan metal detektor, hingga harus tiba di lokasi sehari sebelumnya. Ada juga yang kecewa harus pulang kerumahnya ataupun mengalihkan acara ke wilayahnya masing-masing,” ucap dia.
“Bahkan ada kesan dari peserta bahwa aksi kali ini mirip peristiwa di Palestina ketika umat Islam harus berhadapan dengan tentara Israel di kompleks masjid Al Aqsha,” paparnya. [SY]