GROZNY, (Panjimas.com) – Pemimpin Muslim Chechnya Ramzan Kadyrov membakar semangat sekitar 1,1 juta muslim untuk turun ke jalan-jalan ibukota Grozny pada hari Senin (04/09) untuk memprotes apa yang dia sebut “genosida Muslim” di Myanmar, seperti dilansir Associated Press (AP).
Kekerasan selama beberapa hari terakhir di negara bagian Rakhine di Myanmar telah menewaskan hampir 400 penduduk Rohingya dan memaksa puluhan ribu pengungsi etnis Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.
Rekaman stasiun televisi negara menampilkan jutaan muslim di alun-alun ibukota Grozny dalam rangka solidaritas atas muslim Rohingya.
Dalam pidatonya dengan latar suara gema takbir “Allahu Akbar” (“Allah Maha Besar!”, Ramzan Kadyrov membandingkan kekerasan terhadap Muslim Rohingya dengan peristiwa Holocaust.
Kadyrov, yang telah memerintah Republik ini selama lebih dari satu dekade, terus berupaya tampil garang di depan masyarakat Chechnya, dengan setiap pertunjukan publik yang diatur dengan hati-hati.
Otoritas Polisi setempat melaporkan bahwa 1,1 juta penduduk menghadiri aksi demonstrasi tersebut. Seluruh populasi Chechnya berkisar 1,4 juta, demikian menurut statistik resmi.
Dalam sebuah video yang dirilis sebelumnya, Kadyrov mengeluarkan sebuah ancaman samar untuk “melawan” pemerintah Rusia jika tidak bertindak untuk menghentikan kekerasan tersebut.
“Jika Rusia mendukung Iblis yang melakukan kejahatan, saya akan melawan Rusia,” tegasnya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kemudian mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam sebuah pertemuan dengan pemimpin Mesir Abdel-Fattah el-Sissi, telah menyerukan pihak berwenang Myanmar untuk mengendalikan situasi ini.
Kadyrov kemudian mengucapkan terima kasih atas sikap Putin melalui aplikasi perpesanan, menurut kantor berita Rusia.
Pada hari Senin, Polisi menahan 20 orang karena mengganggu ketertiban umum di luar Kedutaan Myanmar di Moskow, seperti diberitakan media Rusia. Pada hari Ahad (03/09), sekitar 800 Muslim rusia menggelar aksi protes di depan Kedutaan Myamar di Moskow.
Rusia telah mengembangkan hubungan militer dengan Myanmar dalam beberapa tahun terakhir. Menteri Pertahanan Rusia menjamu Panglima Militer Myanmar pada bulan Juni lalu, sementara Rusia juga telah menjual persenjataanya ke negara Asia Tenggara itu termasuk beberapa jet tempur dan sistem artileri yang paling canggih.
Kadyrov bertempur dengan kelompok Muslim Chechnya dalam perang dengan pasukan Rusia pada periode 1990-an, namun beralih pada perang kedua yang dimulai pada tahun 1999.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kadyrov telah mengembangkan hubungan dengan beberapa pemimpin di dunia Muslim dan baru-baru ini menggunakan keterlibatan Rusia di Suriah untuk menempatkan dirinya sebagai pemimpin Muslim Rusia yang paling berpengaruh.
Yayasan Amal Kadyrov telah mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada anak-anak Suriah dan menawarkan dana untuk memugar Masjid tertua di Aleppo dan berbagai landmark muslim lainnya.[IZ]