SOLO (Panjimas.com) – Pagi-pagi KH Wahyudin meminta diantar bertemu ketua panitia sholat Iedul Adha di tanah lapang, Cemani, Grogol, Sukoharjo. Dia bermaksud meminta maaf tidak bisa mengimami sholat hari raya Qurban pada Jumat, 1 September 2017.
Tommy, ketua panitia pun kebingungan mencari pengganti dadakan. Dipilihlah putra kelima KH Wahyudin, Ustadz Ahmad Zakki sebagai imam, sedang Ustadz Ade Hidayat bertindak sebagai khotib.
KH Wahyudin usai shubuh mendadak muntah-muntah dan pusing, dia putuskan untuk istirahat. Pada Selasa, 5 September 2017 terpaksa harus masuk ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo guna menjalani rawat inap.
Tergeletak di ruang VIP 1 lantai 6 gedung baru RS PKU Muhammadiyah, dia sudah bisa tersenyum saat dijenguk Panjimas.com. Perwakilan Ponpes Mujahidin Banyuanyar dan STII Isykarima tak ketinggalan bersua dengannya.
“Alhamdulillah agak baikan hanya saja ini lukanya perlu perhatian khusus,” ujar KH Wahyudin sambil memegang kaki kirinya yang ditutup perban.
Hilmi Zulqornain, putra ketiganya yang menunggui bersama istrinya menceritakan sebab KH Wahyudin harus dipaksa rawat inap. Ternyata KH Wahyudin mengidap sakit diabetes militus (gula darah). Kadar gula darah ketika masuk RS PKU Muhammadiyah mencapai angka 407 mg/dl, padahal angka normal kurang dari 110mg/dl.
“Penyakit gulanya sudah 2 tahun ini Ustadz tidak mengeluhkan. Hanya diobati sendiri di klinik dokter Pondok. Memang karena makannya tidak berlebihan, dia tidak terasa sudah memiliki kadar gula darah berlebih,” ucap Hilmi, Selasa (5/9/2017).
Awalnya KH Wahyudin saat mengendarai motor, naik garasi terpeleset hingga menyebabkan luka pada kaki kiri sebelah bawah. Sebab dibiarkan, dengan kadar gula tinggi, luka susah sembuh hanya ditutup perban. Ditambah syafar ke Sulawesi selama empat hari menghadiri acara walimah, kondisi KH Wahyudin terus memburuk.
“Sebelum sholat ied adha baru kerasa, setelah shubuh Ustadz muntah-muntah. Maka memutuskan untuk tidak mengimami sholat Iedul Adha. Ini tadi memang keluarga sedikit memaksa, sebab malam kemarin bapak pingin pulang ke Ciamis,” tutur Hilmi.
Dokter Suryo, yang mengurusi KH Wahyudin menyarankan luka itu diambil tindakan operasi kecil supaya jaringan tumbuh yang baru. Kata Hilmi, lagi-lagi KH Wahyudin memilih diobati sendiri.
Hilmi bersama ibunya Muslihah, meminta umat Islam mendoakan KH Wahyudin untuk segera diangkat penyakitnya oleh Allah subhanahu wata’ala. Kadar gula terakhir diperiknsa sudah menurun di angka 161 mg/dl. Selain itu, segera meregenerasi pengganti KH Wahyudin dalam berdakwah kepada masyarakat.
“Tetap ukhuwah sesama umat Islam, munculkan generasi baru tumbuh untuk mengambil alih, menggantikan beliau. Tentu kita mohon doanya kepada umat Islam, untuk mendoakan segera diangkat penyakitnya,” pungkas Hilmi. [SY]