MARAWI, (Panjimas.com) – Sedikitnya 18 jasad ditemukan di sebuah daerah di kota Marawi yang sebelumnya diduduki oleh militan saat pertempuran memasuki hari ke-100, Selasa (29/08).
Tim Otopsi Kepolisian Nasional Filipina Wilayah 10 mengatakan, mayat yang ditemukan tersebut memiliki luka-luka akibat tembakan dari jarak dekat, mengindikasikan pembunuhan ala eksekusi.
Ahli Patologi Forensik Polisi Christian Caballes mengatakan penyebab kematian individu tersebut, termasuk seorang gadis berusia 5 tahun, adalah luka tembak di bagian kepala.
Pihak berwenang Filipina menuduh bahwa belasan jenazah tersebut adalah sandera kelompok IS atau korban yang digunakan sebagai tameng manusia, menurut laporan media setempat.
Selain digunakan sebagai perisai manusia, Militer mengklaim beberapa warga sipil dipaksa oleh kelompok Maute untuk menjarah rumah, mengangkat senjata atau menjadi budak seks.
Zia Alonto Adiong, juru bicara Komite Manajemen Krisis Marawi, mengatakan kepada ABS-CBN News bahwa beberapa mayat yang tidak dikenal diklaim berasal dari korban yang terbunuh pada masa-masa awal pertempuran di daerah pertempuran utama Marawi.
“Mungkin mereka bisa saja menjadi sandera atau warga sipil, saya tidak tahu, entah itu Maute (kelompok) atau Abu Sayyaf,” pungkasnya, dikutip dari AA.
Sebanyak 792 orang, sebagian besar tersangka teror, terbunuh sejak bentrokan meletus antara pasukan Filipina dan kelompok Maute-Abu Sayyaf pada 23 Mei.
Pertempuran tersebut telah memaksa lebih dari 200.000 penduduk kota Marawi dan ribuan lainnya dari daerah-daerah terdekat mengungsi.
Krisis tersebut juga menghancurkan banyak lokasi pusat kota yang ramai.
Pada hari Selasa yang lalu, militer mengatakan bahwa mereka mengharapkan baku tembak yang lebih ketat dengan kelompok Maute dan Abu Sayyaf yang tersisa di Daulah Marawi.
“Kami akan mengharapkan konfrontasi sengit dengan Maute (IS) saat mereka membuat keputusan terakhir mereka,” kata Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Eduardo Año kepada para wartawan.
Jenderal Año meyakini pemimpin Maute, saudara laki-laki Omar dan Abdullah, masih hidup dan di daerah tersebut.
“Sejauh yang kami tahu, Abdullah dan Omar masih di sana, ya, mereka masih di sana,” ujar Jenderal bintang empat itu.
“Tujuan utama kami: tidak ada jalan keluar, tidak ada jalan masuk. Mereka ingin bergabung. Mereka ingin pergi ke surga, kata mereka, jadi kita akan memberi mereka kesempatan untuk pergi ke surga.”[IZ]