ISTANBUL, (Panjimas.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Jumat (01/09) menyebut rezim Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas Muslim Rohingya.
Puluhan ribu penduduk Rohingya terpaksa mengungsi dengan melintasi perbatasan ke Bangladesh untuk menghindari kekerasan etnis oleh militer Myanmar.
“Ada genosida di sana,” kata Erdogan dalam sebuah pidato di Istanbul saat perayaan Idul Adha, dikutip dari International Islamic News Agency.
“Mereka yang menutup mata terhadap genosida yang dilakukan di bawah naungan demokrasi adalah par kolaboratornya”, tegasnya
Sekitar 400 orang – kebanyakan dari mereka adalah Muslim Rohingya – tewas dalam kekerasan yang terjadi di negara bagian Rakhine, Myanmar Barat, menurut rilis kantor Panglima Militer, Jumat (01/09).
Laporan tentang pembantaian dan pembakaran desa secara sistematis oleh pasukan keamanan – dan juga oleh militan – semakin memperkuat ketegangan, menimbulkan kekhawatiran bahwa kekerasan komunal di Rakhine berputar di luar kendali.
Untuk menghindari kekerasan tersebut, sekitar 20.000 orang Rohingya berkumpul di sepanjang perbatasan Bangladesh, Mereka dilarang memasuki negara Asia Selatan itu, sementara puluhan orang yang putus asa akhirnya tenggelam saat menyeberangi Sungai Naf, sebuah sungai perbatasan, dengan sampan atau perahu darurat.
Erdogan menegaskan bahwa dirinya akan mengemukakan masalah Rohingya tersebut di Majelis Umum PBB, berikutnya di New York akhir bulan ini.
Erdogan menuturkan bahwa Ia telah berbicara dengan Sekjen PBB Antonio Guterres dan para pemimpin Muslim lainnya.
Anggota Dewan Keamanan PBB bertemu secara tertutup pada hari Rabu (30/08) untuk membahas kekerasan Rohingya tersebut, namun tidak ada pernyataan resmi mengenai krisis tersebut.
Pada hari Jumat (01/09), Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa dia “sangat prihatin” dengan situasi di Myanmar dan menyerukan “pengekangan diri dan ketenangan untuk menghindari bencana kemanusiaan.”[IZ]