ARAFAH, (Panjimas.com) – Naib Amirul Hajj Abdul Mu’thi berpesan bahwa haji merupakan riyadhah atau usaha umat Islam untuk menjadi hamba Allah yang bertakwa. Karenanya, haji tidak hanya berhenti pada dimensi ritual, tapi juga harus mewujud pada aspek moral akhlak.
“Haji tidak hanya diukur dari terpenuhinya syarat dan rukun, tapi pada akhlak yang mewujud pasca pelaksanaan haji,” terang Abdul Mu’thi saat memberikan ceramah setelah Subuh berjamaah di tenda misi haji, Arafah, Kamis (31/08)
“Haji mabrur berarti haji yang diwarnai dengan kebaikan. Kalau kebaikan menjadi bagian dari akhlak kita, maka imbalannya adalah surga,” sambungnya.
Menurut Sekum PP Muhammadiyah ini, jemaah haji tidak cukup menjadi orang baik, tapi juga harus mengajak kebaikan. Maka, yang mengajak kebaikan harus orang yang baik. Yaitu, orang yang sudah mampu menginternalisasikan nilai-nilai kebaikan untuk dirinya.
“Tidak cukup menjadi pembicara. Kebaikan bisa dilakukan kalau yang mengajak adalah orang yang baik sehingga bisa menjadi uswah,” tuturnya.
Karena itu, lanjut Mu’thi, haji bisa punya makna kalau kita mampu ambil uswah dari Ibrahim. Ibrahim adalah sosok yang terus berusaha menjadi hamba Allah yang muslimin.
Teladan yang dimaksud Mu’thi, antara lain: Ibrahim adalah anak yang berbakti kepada orang tuanya. “Meski ayahnya menyembah berhala, Ibrahim selalu mendoakannya,” ujar Mu’thi.
Ibrahim juga orang tua yang senantiasa melekat dan jadi figur idola bagi anak-anaknya. Wajar jika kedua anaknya mendapat kedudukan yang sama menjadi rasul dan tumbuh sebagai anak shalih.
“Ibrahim adalah suami yang bertanggung jawab. Pemimpin bagi istrinya,” katanya.
Terakhir, Ibrahim adalah pemimpin yang dekat dengan masyarakatnya. Hal ini antara lain tercermin dari doanya yang selalu menyertakan harapan baik bagi rakyat dan bangsanya.
“Ibrahim berdoa agar tanahnya menjadi tanah yang aman. Dia sosok pemimpin yang senantiasa memikirkan rakyatnya,” tandasnya.
Akan hal ini, Mu’thi memandang para tamu-tamu Allah (dhuyufurrahman) adalah orang yang baik. “Namun, bagaimana sekembalinya ke Tanah Air, tidak sekedar menjadi orang baik tapi juga agen of change, agen perubahan ke arah yang baik,” harapnya.
Menurutnya, banyak tokoh nasional mendapatkan inspirasi setelah berhaji. Khadratus-Syaikh KH Hasyim Asy’ari mendirikan NU setelah berhaji. Demikian juga KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah setelah berhaji.[ES]