NAIROBI, (Panjimas.com) – Menteri Kabinet Kenya pada hari Rabu (30/08) menghimbau agar para pengusaha dan pemilik toko mengizinkan para pekerja Muslim libur untuk merayakan Idul Adha.
Menteri Dalam Negeri Fred Matiang’i menegaskan bahwa tanggal 1 September dapat menjadi hari libur bagi umat Islam tetapi pemeluk agama lainnya tidak akan diizinkan untuk libur dari pekerjaannya.
“Pemeluk Islam akan merayakan hari itu dan karena itu para pemilik usaha harus membiarkan mereka libur dari pekerjaannya, bagi non-Muslim ini akan menjadi hari kerja yang normal, ” kata Matiang’I.
Mendagri Kenya itu menambahkan bahwa rencana ini sedang diterapkan untuk menjadikan perayaan Islam tersebut sebagai hari libur nasional.
Menurut catatan pemerintah, dengan total populasi 48 juta, Kenya memiliki komunitas Muslim sekitar 12 persen.
Dewan Tertinggi Muslim Kenya memperkirakan bahwa ada sekitar 13 juta Muslim di negara tersebut.
Sheikh Hamisi Mungai, Ketua Dewan Imam dan Dai Muslim Kenya, mengatakan bahwa dia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah namun menyerukan semua warga Kenya untuk berkumpul bersama.
“Kami berharap bahwa liburan tahun ini untuk semua warga Kenya, sehingga bisa Kami rayakan bersama saudara dan saudari kami. Ini harus berubah”, dikutip dari Anadolu Ajensi.
Beberapa orang Kenya mengungkapkan melalui media sosial untuk mengklaim bahwa pemerintah melakukan diskriminasi terhadap non-Muslim.
Namun, seorang pengguna Twitter, yang kesal karena negara-negara tetangga Kenya telah menjadikan Idul Adha sebagai sebuah acara libur nasional bertanya: “Mengapa Kenya satu-satunya negara di Afrika Timur dimana Idul Adha bukan hari libur publik?”[IZ]