BERLIN, (Panjimas.com) – Kejahatan kebencian anti-Muslim di Jerman meningkat pesat pada kuartal kedua tahun ini. Hal ini mencerminkan Islamofobia yang berkembang didorong oleh partai-partai politik sayap kanan.
Sedikitnya 16 Muslim menderita luka-luka dalam kekerasan Islamofobia antara bulan April dan Juni tahun ini, jumlah korban Muslim serta insiden kekerasan ini meningkat dari 2 insiden di kuartal pertama, kata Kementerian Dalam Negeri.
Pada kuartal kedua, Polisi Jerman mencatat 192 kejahatan kebencian terhadap umat Islam, termasuk penghinaan, ancaman, kekerasan dan serangan terhadap Masjid.
Negara ini telah menyaksikan berkembangnya Islamofobia dan kebencian terhadap para imigran dalam beberapa tahun terakhir yang dipicu oleh propaganda dari partai-partai populis dan sayap kanan yang telah mengeksploitasi kekhawatiran akan krisis pengungsi dan terorisme.
Left Party, partai sayap kiri Jerman memperingatkan Jumat (18/08) bahwa umat Islam sekarang ini menghadapi ancaman yang lebih serius karena kelompok sayap kanan tidak ragu untuk menggunakan kekerasan.
Anggota Parlemen asal Left Party Martina Renner menuduh gerakan populis dan partai sayap kanan mendorong kejahatan kebencian anti-muslim dengan retorika mereka.
“Maraknya kejahatan anti-Muslim adalah bagian dari pergeseran umum ke hak yang sedang diekspresikan serta diperkuat oleh para pihak seperti AfD (Alternative for Germany),” pungkasnya kepada Anadolu Ajensi.
Partai nasionalis sayap kanan, Alternative for Germany, atau AfD, telah mengadopsi retorika anti-Islam secara eksplisit sejak krisis pengungsi Eropa dimulai pada tahun 2015, ketika lebih dari 800.000 pengungsi Muslim dari Suriah dan Irak tiba di Jerman.
Tokoh AfD, Alexander Gauland, mengatakan kepada penyiar stasiun televisi DW pada hari Rabu (16/08) bahwa “Islam sebagai entitas keagamaan dan budaya tidak memiliki tempat di Jerman.”
Partai tersebut saat ini meraih sekitar dukungan 8 persen dalam jajak pendapat Jerman. Partai perlu mencapai ambang batas suara sebesar 5 persen untuk masuk ke Bundestag, atau Parlemen Jerman.
AfD – yang didirikan sebagai gerakan protes pada tahun 2013 – saat ini telah memiliki wakilnya di 11 dari 16 Parlemen negara bagian Jerman. AfD mengusung manifesto politik eurosentris dengan gerakan anti-imigrasi dan gerakan anti-Islamyang sangat massif.
Jerman, merupakan sebuah negara dengan 81,8 juta penduduk, dan memiliki populasi Muslim terbesar ke-2 di Eropa Barat setelah Prancis.
Diantara 81,8 juta jiwa terdapat 4,7 juta penduduk Muslim di Jerman, 3 juta berasal dari Turki. Banyak dari mereka bermigrasi ke Jerman pada tahun 1960an.
Sebuah studi oleh Yayasan Bertelsmann pada tahun 2015 menunjukkan bahwa 57 persen warga non-Muslim menganggap Islam sebagai ancaman sementara 61 persen mengatakan bahwa Islam tidak sesuai dengan masyarakat Barat.
Organisasi Muslim terkemuka di negara ini mengatakan bahwa sumber radikalisasi beberapa pemuda Muslim bukanlah masalah Islam tapi masalah sosiologis yang mereka hadapi seperti diskriminasi, pengangguran atau kurangnya prospek masa depan.
Selama Januari-April 2017, 208 Serangan Anti-Islam Terjadi
Sebanyak 208 serangan Islamofobia terjadi pada kuartal pertama tahun 2017 di Jerman, demikian menurut data pemerintah Jerman.
Media Jerman Neue Osnabürcker Zeitung melaporkan pada hari Ahad (04/06) bahwa sebagai tanggapan atas sebuah pertanyaan parlemen, pemerintah Jerman, mengatakan kepada kubu Partai haluan Kiri bahwa 2 orang telah terluka akibat serangan Islamopobia dan pelakunya kebanyakan adalah penyerang dari aliran politik sayap kanan.
Pejabat Jerman juga mengatakan bahwa pihaknya telah mulai mendata jenis kejahatan “anti-Muslim” tahun ini dan belum dapat menyimpulkan apakah telah terjadi tindak kejahatan berbahaya karena kurangnya data dari tahun-tahun sebelumnya.
Jenis serangan terhadap Muslim Jerman itu termasuk dengan mengirim surat ancaman, menyerang orang-orang di jalanan karena penampilan Muslim mereka, merusak bangunan umat Muslim seperti Masjid dan mencoretkan simbol Nazi di Masjid-Masjid itu.
Data pemerintah tersebut mengungkapkan bahwa 15 Masjid telah diserang dalam tiga bulan pertama tahun 2017, sementara jumlah ini mencapai angka 27 Masjid untuk periode yang sama di tahun 2016, menurut Daily Sabah News.
Anggota parlemen Partai Kiri Ulla Jelpke mengungkapkan bahwa “Saya menganggap kejahatan yang tercatat hanyalah puncak gunung es karena banyak korban tidak melaporkan serangan tersebut ke polisi karena takut adanya aksi balas dendam.”
Jerman telah menyaksikan sentimen Islamopobia dan anti-pengungsi Muslim yang meningkat di tahun-tahun sebelumnya, hal ini dipicu oleh propaganda dari partai-partai sayap kanan dan gerakan populis anti-Islam, yang telah mengeksploitasi kekhawatiran masuknya imigran dan pengungsi dari negara-negara Muslim.[IZ]