JAKARTA (Panjimas.com) – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) yang dideklarasikan di gedung Dewan Pers pada tanggal 18 April 2017 lalu menyelenggarakan kongresnya yang pertama.
Kongres pertama AMSI, menurut Ketua Umum Presidium AMSI Wenseslaus Manggut akan membahas mengenai nasib media digital dalam memenuhi ketentuan pemerintah. dengan tujuan menyehatkan media di dunia digital di Indonesia khususnya pemberitaan hoax.
Tidak hanya itu, AMSI juga akan ikut memikirkan pola kerja bersama dari sisi bisnis. “AMSI ini asosiasi untuk industri, tentu saja yang ingin kita dorong teman-teman industri di dunia digital memenuhi ketentuan pemerintah. Kedua, dari sisi bisnis AMSI ikut memikirkan pola kerja bersama. Apakah pola sharing iklan mungkin, dan sebagainya,” ujar Wenseslaus .
Saat ini, menurut Adi, AMSI beranggotakan 180 media dan terus bertambah hingga sekitar 300 media dari 17 provinsi. Dari 300 media tersebut sekitar 107 telah hadir dalam kongres dan sisanya menghadiri secara online.
“AMSI hadir karena panggilan jurnalis dalam suasana tidak enak, banyak disinformasi media seolah-olah media resmi dan media sosial. Merebaknya hoax dan fitnah tidak bisa kita bendung, kami mau menjadi bagian bangsa agar pintar memilih mana kabar baik, buruk dan bohong, dan sebagainya,” kata ketua panitia kongres Adi Prasetya di Jakarta, Selasa (22/8).
AMSI ingin merapatkan barisan, saling asah, asuh dan asih. “Kita mau membantu sesama anggota AMSI untuk saling tumbuh dan berkembang bersama, agar bisnis digital di dunia pers tumbuh,” sambung dia.
Selain itu, kongres pertama AMSI juga akan memilih kepengurusan nasional AMSI, termasuk ketua umum. “Syaratnya sudah menjadi anggota sudah terdaftar menjadi anggota, kemudian diajukan di sini, yang terdaftar akan menjadi ketua umum AMSI. Ada enam sampai tujuh orang yang berpeluang menjadi ketua umum,” kata Wenseslaus.
Acara pembukaan kongres pertama AMSI dihadiri oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Jusuf Kalla saat membuka kongres Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), mengharapkan, AMSI mampu menghadirkan informasi kepada masyarakat secara objektif dan benar.
“Saat ini dunia berjalan cepat, terlebih untuk penyampaian informasi ke seluruh penjuru negeri dengan adanya komputer dan koneksi internet. Dahulu, surat kabar konvensional masih harus rapat redaksi untuk menentukan mana yang baik dan tidak. Sekarang, anda takut kalah cepat dengan yang lain. Jadi bukan lagi konten berita yang penting, tapi kecepatan,” kata Kalla, di Jakarta, Selasa.
Pada kongres yang mengusung tema Menuju Media Siber Profesional, Kredibel dan Independen tersebut, Kalla mengatakan, dengan kecepatan yang dinilai menjadi sangat penting, diperlukan informasi yang objektif dan luas. “Karena itu, objektivitas dan spirit anda untuk persatuan (harus diutamakan),” ujar Kalla.
Menurut Kalla, perubahan yang sangat cepat tersebut juga mempengaruhi keberadaan media di dunia. Media tidak lagi menyampaikan apa saja yang telah terjadi kemarin, namun apa juga kejadian yang tengah terjadi saat itu juga. “Saat ini berita adalah, apa yang telah terjadi, apa yang tengah terjadi dan apa yang mungkin terjadi. Batasannya sudah sangat luas,” ujar Wapres.
Menurut Kalla, media siber saat ini memberikan banyak pengaruh terhadap opini masyarakat khususnya di Indonesia. Diharapkan, informasi yang disampaikan kepada masyarakat merupakan informasi yang akurat dan benar. “Anda yang mempengaruhi opini orang di Indonesia ini, anda yang memberikan input tiap hari, jika itu benar maka benar. Jika salah, maka pikiran orang akan menjadi salah,” kata Kalla. (desastian)