DEPOK (Panjimas.com) – Saat melihat bacaan “Juleha Indonesia” pada kaos yang dikenakan salah seorang panitia Pelatihan Sembeli Halal di Kampung 99 Pepohonan di Kota Depok, Panjimas mengira itu nama perempuan Betawi. Setelah penasaran dan mencari tahu, ternyata Juleha itu nama sebuah komunitas yang merupakan singkatan dari Juru Sembelih Halal Indonesia.
Ditemui Panjimas disela-sela Pelatihan Sembelih Halal, Hendri Indriansyah atau yang lebih dikenal dengan nama Hendri Ibrahim menjelaskan, Juleha adalah sebuah perkumpulan yang konsen untuk memberikan edukasi kepada masyarakat perihal tatacara penyembelihan hewan yang sesuai dengan syariah. Tentunya yang ihsan, halal, dan thoyib.
“Mengingat daging hasil pemotongan itu akan dimakan secara aman, sehat, higenis dan tanpa ragu-ragu. Termasuk tersedianya sepatu safty, pisau yang tajam, sarung pisau yang aman, gunakan kopiah, kuasai ilmu fiqh tentang penyembelihan.”
Setidaknya, kata Hendri, penyembelih harus tahu tata cara penyembelihan yang sesuai dengan syariah Islam, seperti menghadap kiblat, saat menyembelih, hewan qurban tak boleh diinjak dan dibanting.
“Termasuk sosok penyembelihnya juga harus sehat. Tidak dalam keadaan sakit. Kenapa harus sehat? Karena dari segi higenis, tubuh manusia yang sakit akan langsung kontak dengan daging yang akan dikonsumsi. Kalau si penyembelih sedang batuk atau pilek, maka kumannya bisa terkontaminasi pada daging yang disembelih itu. Sehingga menjadi tidak higenis,” ungkap Hendri.
Juleha Indonenesia sendiri didirikan di Malang tahun 2016. Anggota yang tergabung di perkumpulan ini awalnya adalah mereka yang terhimpun di komunitas pencinta golok, termasuk di dalamnya para kolektor dan pengrajin golok yang mengerti tentang bilah atau golok. Kemudian muncullah gagasan untuk mendirikan Juleha.
“Kebanyakan memang para guru atau ustadz yang ngerti tentang per bilahan dan hukum agama. Saat ini anggota Juleha Indonesia di wilayah jadebotabek ada 100 orang. Sedangkan nasional, mulai dari Aceh hingga Papua, mencapai 9000 orang,” jelas Hendri.
Melalui Juleha Indonesia ini, anggota yang tergabung di dalamnya, suatu saat akan diterbangkan ke luar negeri seperti Australia, Kanada, New Zeland, Brunei, dan negara lainnya untuk melakukan penyembelihan secara syariah. Mengingat hasil pemotongan hewan itu akan didistribusikan ke negara-negara muslim.
“Seperti kita ketahui, Eropa punya peternakan sapi yang luar biasa, distribusi dagingnya dilakukan secara terus menerus. Nah, negara-negara tersebut akan meminta juru sembelih dari muslim. Bahkan Malaysia pun melihat kita, membentuk komunitas Juleha. Adapun ilmunya dari kita. Dengan demikian, Juleha jangan diklaim lahir dari Malaysia, melainkan Indonesia.”
Juleha Indonesia saat ini menggagas sebuah tempat penyembelihan yang higenis atau yang disebut Box Locker (tempat pemotongan) yang bisa dibawa kemana-mana. Harapannya, masjid-masjid yang selama ini jadikan tempat penyembelihan hewan qurban tetap dalam keadaan bersih. Darah hewan qurban pun tidak berceceran sehingga kumannya tidak menyebar kemana-mana.
Ketika ditanya, apakah keberadaan Rumah Potong Hewan (RPH) dirasa kurang cukup? “Sebetulnya sudah cukup. Hanya saja, masyarakat ingin hasil pemotongan hewan qurban, selain halal, thoyib, ihsan, dan stetap higenis. Hewan qurban harus kontak dengan tubuh si penyembelih. Intinya adalah kita harus ihsan kepada hewan. Kalau, manusia telah bersahabat dengan hewan qurban, biasanya dagingnya jauh lebih enak.”
Dikatakan Hendri, jangan sampai hewan yang akan disembelih sudah stress lebh dulu, karena tata caranya tidak sesuai dengan syariah. “Termasuk harus ada hijab diantara hewan lain, agar tidak melihat hewan yang akan disembelih.
“Bau kambing yang prengus itu biasanya akibat hewan qurban yang stress, cara perlakuan terhadap hewan tidak ihsan. Misalnya seperti diinjak, dibanting dan dilempar. Memotong hewan pun tidak dengan senjata yang tajam,” tukas Hendri yang sehari-hari bekerja sebagai pengusaha Aqiqah dan melayani penjualan hewan qurban. (desastian)