ADEN, (Panjimas.com) – Sekelompok pasukan Militer Saudi dikerahkan ke kota Aden, Yaman Selatan, untuk mengamankan sejumlah lokasi strategis di kota tersebut, yang saat ini berfungsi sebagai markas sementara pemerintahan Yaman yang diakui secara internasional.
Kamis malam (17/08), kontingen pasukan Komando Saudi – dilengkapi dengan persenjataan berat dan kendaraan militer – tiba di bandara Internasional Aden, menurut sumber Militer Yaman.
Secara anonim, sumber Milter Yaman tersebut mengatakan kepada Anadolu Ajensi bahwa pasukan Komando Saudi tersebut akan dikerahkan untuk mengamankan beberapa fasilitas vital, termasuk Bandara Aden, pelabuhan dan Istana Kepresidenan Maashiq.
“Pasukan [Saudi] akan digunakan untuk mengamankan istana kepresidenan sebelum Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi kembali ke Yaman setelah dua tahun melakukan pergerakan pulang dan pergi antara Riyadh dan Aden,” kata sumber militer tersebut.
Sumber Militer Yaman itu juga mengatakan bahwa sebuah pasukan militer yang berafiliasi dengan pemerintah Yaman saat ini sedang melakukan pelatihan militer di Arab Saudi, dan diperkirakan akan segera tiba di Aden untuk membantu pasukan Saudi melaksanakan tugasnya.
Ini adalah pertama kalinya pasukan Angkatan Darat Saudi dikerahkan di Aden sejak konflik di Yaman pecah sekitar tiga tahun lalu.
Yaman yang kini menjadi negara miskin, tetap berada dalam keadaan kacau sejak tahun 2014, ketika milisi Syiah Houthi dan sekutunya menguasai ibukota Sanaa dan bagian-bagian lain negara ini.
Sejak Maret 2015, koalisi internasional yang dipimpin Saudi telah memerangi pemberontak Syiah Houthi yang disokong rezim Iran dan pasukan-pasukan yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Arab Saudi dan sekutu-sekutu negara Muslim Sunni meluncurkan kampanye militer besar-besaran yang bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan yang diakui secara internasional dibawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Arab Saudi dan para sekutunya melihat milisi Houthi sebagai proxy kekuatan Iran di dunia Arab. Koalisi militer Arab yang dipimpin oleh Saudi di Yaman terdiri dari Koalisi 10 negara yakni Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Yordania, Mesir, Maroko, Sudan, dan Pakistan.
Sejumlah organisasi hak asasi manusia telah menuding Kerajaan Saudi terlibat kejahatan perang sebagai akibat dari kampanye pengebomannya yang dapat dianggap sembarangan dan menyebabkan kerusakan berlebihan pada negara tersebut termasuk jumlah korban tewas yang cukup tinggi.
Menurut pejabat PBB, lebih dari 10.000 warga Yaman telah tewas akibat konflik berkepanjangan ini, sementara itu lebih dari 11 persen dari jumlah penduduk negara itu terpaksa mengungsi, sebagai akibat langsung dari pertempuran yang tak kunjung usai. Untuk diketahui, lebih dari setengah total korban adalah warga sipil. sementara 3 juta lainnya diperkirakan terpaksa mengungsi, di tengah penyebaran malnutrisi dan penyakit. [IZ]