BANTEN (Panjimas.com) – ‘’Limabelas juta, cash!’’ Seru pemandu acara Deddy Djuandi mengulang pernyataan seorang donatur Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Banten.
Peristiwa itu terjadi dalam Peresmian ADI Banten dan Malam Amal di ballroom Hotel D’ Griya Kota Serang, Banten, Jumat (11/8). Hampir Rp 100 juta dana dakwah terhimpun dari puluhan donatur yang menyumbang mulai Rp 500 ribu hingga Rp 15 juta.
Peresmian ADI Banten dan Malam Amal tersebut digelar Dewan Dakwah Banten bersama Laznas Dewan Dakwah Pusat. Silaturahim ini dipandu oleh konsultan dan praktisi pendidikan Deddy Djuandi dari Kota Depok.
Hadir dalam perhelatan tersebut sesepuh Dewan Dakwah Ustadz Syuhada Bahri, Direktur Eksekutif Laznas Dewan Dakwah H Ade Salamun, Ketua Dewan Dakwah Banten Dr HM Syamsuddin MPd, Ketua UPZ Laznas Dewan Dakwah Banten, Camat Baros Jazuli Mukri, dan puluhan warga Banten dari kalangan pengusaha, birokrat, serta ormas dan lembaga pendidikan Islam.
Dalam sambutan pada pembukaan acara, Ketua Dewan Dakwah Banten Syamsuddin mengungkapkan, ADI Banten telah dibuka dan mulai beroperasi tahun 2017 ini.
‘’Kita sudah rampung menyeleksi calon mahasiswa ADI Banten. Dari 80-an peminat, yang lolos seleksi 43 orang, terdiri 29 mahasiswi dan 14 mahasiswa,’’ paparnya, didampingi sejumlah mahasiswa ADI Banten.
Asrama dan kampus mahasiswa ADI terletak di Islamic Center Al Anshor Anyer. Sedang untuk mahasiswi di komplek kantor Dewan Dakwah Banten di Serang.
ADI Banten merupakan Akademi Dakwah Indonesia ke-12 yang didirikan Dewan Dakwah. Sebelas lainnya yang sudah lebih dulu beroperasi adalah: ADI Metro Lampung, Bandung dan Sukabumi Jawa Barat, Sambas dan Kubu Raya Kalimantan Barat, Solo Jawa Tengah, Banda Aceh Nangroe Aceh Darussalam, Bukittinggi Sumatera Barat, Kupang Nusa Tenggara Timur, Batam Kepulauan Riau, dan ADI Surabaya Jawa Timur.
Menurut Ketua Bidang Pendidikan Dewan Dakwah, Ustadz Imam Zamroji, ADI merupakan program pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir dalam versi pendek selama masa pembelajaran 2 tahun.
‘’Alumni ADI yang lolos seleksi melanjutkan ke STID Natsir langsung start belajar di semester 4. Sedang yang tidak lolos atau tidak melanjutkan, dapat langsung mengabdi sebagai dai atau melanjutkan ke lembaga pendidikan Islam lainnya,’’ terang Imam.
Selama menempuh pendidikan di ADI, semua mahasiswa mendapat beasiswa penuh. Biaya pendidikan mereka ditanggung para donatur Dewan Dakwah.
Ustadz Syuhada Bahri dalam taushiyahnya mengatakan, infak untuk dakwah sangat mulya dan strategis. ‘’Negeri kita yang semakin terpuruk ini hanya bisa diselamatkan dengan dakwah. Dan kita semua adalah dai, di manapun dan apapun profesi kita. Kalau kita tidak mampu berdakwah secara langsung, maka berdakwahlah dengan jihad harta untuk mendukung program dakwah seperti Akademi Dakwah Indonesia ini,’’ paparnya. (des)