TRIPOLI, (Panjimas.com) – Presidential Council of Libya, Dewan ke-Presidenan Libya yang bermarkas di Tripoli, sebuah kubu pemerintahan yang didukung oleh PBB Senin lalu (07/08) mengecam “situasi kemanusiaan yang memburuk” di kota Derna, bagian Timur Libya.
Selama 10 hari terakhir, Derna telah menderita akibat embargo yang melumpuhkan kota ini, oleh pasukan yang setia kepada Komandan Militer Khalifa Haftar, yang bermarkas di Tobruk.
Pasukan Pro-Jenderal Khalifa Haftar untuk pertama kalinya memberlakukan operasi pengepungan mereka terhadap Derna, setelah pasukannya kehilangan sejumlah personil dalam serangan mendadak ke kota tersebut.
Di Kota Derna pun terdapat pemerintahan yang dikelola oleh, Derna Shura Council Dewan Syu’ro Derna.
Dalam sebuah pernyataan, Dewan Syu’ro Derna mengatakan bahwa blokade pasukan Khalifa Haftar telah menyebabkan menipisnya pasokan makanan dan obat-obatan di Derna, dan “ini sangat mempengaruhi kondisi kehidupan penduduk kota”.
Dewan Syu’ro Derna juga menyerukan penghentian segera pengepungan tersebut serta perlunya pembentukan “koridor kemanusiaan” sehingga situasi kemanusiaan di Derna dapat segera pulih kembali.
Derna Shura Council juga mendesak pihak-pihak terkait untuk “berkoordinasi dengan tokoh-tokoh penting di Derna dengan maksud untuk mengurangi penderitaan penduduk lokal”.
Pemerintah persatuan yang berbasis di Tripoli menyuarakan kesiapannya untuk membantu para penduduk Derna yang terkepung itu, dengan dukungan yang diperlukan.
Dalam pernyataannya pada hari Senin (07/08), Presidential Council of Libya memperingatkan bahwa tindakan embargo mengancam kohesi sosial di Derna dan daerah-daerah sekitarnya, ini mengacu pada kepekaan suku yang sangat sensitif di kawasan ini.
“Kita harus menghindari dampak memburuknya hubungan sosial dan memastikan mereka tetap jauh dari kemungkinan pemicu konflik,” tulis pernyataan tersebut.
Libya dilanda kekerasan dan kekacauan sejak tahun 2011, ketika sebuah aksi pemberontakan populer berdarah berakhir dengan penggulingan dan kematian Presiden Muammar Gaddafi.
Setelah kepergian Khadafi yang tiba-tiba, perpecahan politik di negara kaya minyak itu menciptakan tiga kubu pemerintahan yang saling berseteru dan sejumlah kelompok milisi bersenjata.[IZ]