MAARIB, (Panjimas.com) – Selama paruh tahun 2017 ini saja, lebih dari 200 anak-anak Yaman dilaporkan terbunuh akibat konflik yang bergejolak di negara itu, demikian menurut seorang pejabat PBB, Senin (07/08).
“Pada tahun 2017, 201 anak-anak terbunuh di Yaman; 152 anak laki-laki dan 49 perempuan,” kicau Meritxell Relano, Perwakilan Residen UNICEF di Yaman, melalui akun Twitternya, dikutip dari AA.
Relano melaporkan 347 anak-anak Yaman menyandang cacat, termasuk 113 anak perempuan. Sementara itu, sebanyak 377 anak laki-laki Yaman bergabung dalam pertempuran yang sedang berlangsung tahun ini.
Pernyataan pejabat PBB tersebut muncul beberapa hari setelah kelompok pemberontak Syiah Houthi menuding pasukan koalisi pimpinan Saudi membunuh 12 warga sipil, termasuk anak-anak, dalam sebuah serangan di provinsi Saada, Utara Yaman.
Relano mengatakan empat anak perempuan dan dua anak laki-laki berusia antara 2 dan 14 tahun dilaporkan terbunuh dalam serangan itu, namun tanpa menyebutkan pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Sedikitnya dalam jangka tiga tahun konflik Yaman, 1.546 anak-anak telah terbunuh sementara 2.450 lainnya mengalami luka-luka, menurut data UNICEF yang dirilis pada bulan Maret lalu.
Yaman yang kini menjadi negara miskin, tetap berada dalam keadaan kacau sejak tahun 2014, ketika milisi Syiah Houthi dan sekutunya menguasai ibukota Sanaa dan bagian-bagian lain negara ini.
Sejak Maret 2015, koalisi internasional yang dipimpin Saudi telah memerangi pemberontak Syiah Houthi yang disokong rezim Iran dan pasukan-pasukan yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Arab Saudi dan sekutu-sekutu negara Muslim Sunni meluncurkan kampanye militer besar-besaran yang bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan yang diakui secara internasional dibawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Arab Saudi dan para sekutunya melihat milisi Houthi sebagai proxy kekuatan Iran di dunia Arab. Koalisi militer Arab yang dipimpin oleh Saudi di Yaman terdiri dari Koalisi 10 negara yakni Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Yordania, Mesir, Maroko, Sudan, dan Pakistan.
Sejumlah organisasi hak asasi manusia telah menuding Kerajaan Saudi terlibat kejahatan perang sebagai akibat dari kampanye pengebomannya yang dapat dianggap sembarangan dan menyebabkan kerusakan berlebihan pada negara tersebut termasuk jumlah korban tewas yang cukup tinggi.
Menurut pejabat PBB, lebih dari 10.000 warga Yaman telah tewas akibat konflik berkepanjangan ini, sementara itu lebih dari 11 persen dari jumlah penduduk negara itu terpaksa mengungsi, sebagai akibat langsung dari pertempuran yang tak kunjung usai. Untuk diketahui, lebih dari setengah total korban adalah warga sipil. sementara 3 juta lainnya diperkirakan terpaksa mengungsi, di tengah penyebaran malnutrisi dan penyakit.[IZ]