BAGHDAD, (Panjimas.com) – PM Irak Haidar al-Abadi pada hari Sabtu (05/08) menolak seruan pemimpian Syiah Irak Muqtada al-Sadr untuk membubarkan milisi Hashd al-Shaabi.
Berbicara di depan para pendukungnya pada hari Jumat (04/08), Muqtada al-Sadr menyerukan pembubaran milisi Syiah Hashd al-Shaabi dengan maksud untuk menggabungkan pasukan Syiah itu ke dalam Angkatan Bersenjata Irak.
“Hashd al-Shaabi … adalah untuk Irak dan tidak akan dibubarkan,” kata al-Abadi dalam sebuah konferensi pers di ibukota Baghdad, mengutip laporan Anadolu.
“Tahap berikutnya setelah membebaskan wilayah dari Islamic State (IS) adalah pertempuran untuk kesatuan persepsi,” katanya.
Milisi Hashd al-Shaabi didirikan pada tahun 2014 dengan tujuan untuk memerangi kelompok Islamic State (IS), yang menguasai wilayah-wilayah yang luas di Irak Utara dan Barat.
Milisi Syiah, bagaimanapun, telah menghadapi tuduhan pelanggaran-pelanggaran seirus terhadap warga sipil di daerah mayoritas Sunni.
kelompok Islamic State (IS) menguasai Tal Afar, sebuah kota yang berpenduduk mayoritas Turkmen, sejak pertengahan tahun 2014.
Pada awal Juli, setelah sebuah kampanye militer selama sembilan bulan, pasukan Irak merebut Mosul dari Islamic State (IS), benteng besar terakhir kelompok tersebut di Irak Utara.
Partisipasi Hashd al-Shaabi dalam operasi militer di Tal Afar telah memicu kekhawatiran akan kemungkinan konflik sektarian.
Milisi Syiah sebelumnya menghadapi tuduhan melakukan berbagai aksi kekejaman di wilayah mayoritas Sunni di Irak.
Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi mengatakan sebelumnya bahwa Unit Tentara dan Polisi Irak – yang didukung oleh pasukan Hashd al-Shaabi – akan dilibatkan dalam operasi militer terencana untuk merebut kembali Tal Afar, yang terletak 60 kilometer di sebelah Barat Mosul.
Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), lebih dari 830.000 penduduk terpaksa mengungsi dari Mosul sebagai akibat langsung dari kampanye militer untuk “membebaskan” kota tersebut. [IZ]